Bagi seorang ibu kepentingan anak jelas diatas segalanya, bahkan jika harus memberikan nyawa nya sekalipun pasti akan ibu berikan demi anak anak nya. Begitu juga denganku yang saat ini berstatus sebagai ibu dari tiga orang anak. Aku jelas akan mendahulukan kebutuhan anak anak diatas kepentingan pribadiku.
Namun sayangnya, tidak semua Ibu diberi kemudahan dalam memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Selain karena harus berbenturan dengan peliknya pengaturan ekonomi dalam rumah tangga, kurangnya pengetahuan serta dasar dasar agama dalam membesarkan sang buah hati, seringkali justru membuat sang ibu terpaksa harus melewatkan masa masa emas pertumbuhan anaknya.
Sepertiku misalnya, saat baru memiliki anak pertama, aku yang masih bodoh soal gizi untuk anak ditambah kondisi ekonomi yang kurang baik, sempat memberikan Susu Kental Manis atau yang sering kita sebut SKM sebagai pengganti susu buah hati pertamaku itu. Aku pikir SKM ini cukup lah untuk sekedar menambah asupan gizi anakku, harganya yang tidak terlalu mahal pun menjadi salah satu alasan ku memberikan SKM pada mereka, tapi ternyata aku salah besar.
SKM memang dibuat dari susu, hanya saja penambahan gula yang hampir 50% itu membuat SKM tidak layak disebut sebagai penambah nutrisi bagi anak. Dan karena ketidaktahuan ku tersebut, aku hampir saja melewatkan masa emas anak anakku.
Tentu hal ini amat disayangkan, karena mereka yang sekarang kita sebut “anak” itu kelak akan menjadi generasi penerus bangsa ini. Apa jadinya bangsa ini di masa depan jika ‘generasi penerus’ nya tidak dirawat dengan baik. Contoh lain yang ada didepan kita adalah kasus gizi buruk pada suku Asmat, Papua yang belakangan ini marak diperbincangkan di media sosial. Coba bayangkan kira kira di tahun 2045 nanti apa yang akan terjadi di papua jika kasus gizi buruk yang sedang terjadi saat ini tidak segera ditangani dengan baik...?
Menanggapi hal Ini, PP Muslimat NU sebagai organisasi perempuan terbesar merasa perlu mengingatkan kembali pentingnya peran ibu untuk pertumbuhan anak lewat acara Diskusi Publik dalam rangka hari gizi nasional 2018. Dalam acara yang berlangsung di Graha Utama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, Persoalan Gizi buruk ini dibahas dari tiga sudut pandang. Dari sudut pandang PP Muslimat NU, Dari perwakilan pemerintahan serta dari segi medis.
Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEAFAST IPB menjelaskan dari segi medis tentang ‘turunan’ dari si gizi buruk tadi. Jika sudah gizi buruk, kasus Stunting seolah menjadi momok tersendiri. Stunting adalah kasus kekurangan gizi yang sudah kronis sehingga membuat anak gagal tumbuh atau pertumbuhannya kurang maksimal jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Saat ini, Indonesia menduduki peringkat 5 terbesar didunia untuk kasus Stunting. Jujur, ini membuatku amat tercengang. Dari dulu aku berpikir orang Indonesia lebih pendek dengan orang luar negeri karena memang ‘bawaan’ keturunan ras saja, ternyata ada faktor lain seperti Stunting ini juga yang ikut menjadi sebab pendeknya orang Indonesia.
Selain Stunting, kasus lain yang juga ‘bawaan’ dari salahnya pemberian makanan pada anak adalah Obesitas atau kegemukan. Seperti yang kita ketahui bersama, anak anak memang amat menyukai permen, coklat, gulali dan sederet makanan dengan pemanis lainnya yang tanpa kita sadari menjadi pangkal dari si obesitas tadi. Termasuk SKM yang ternyata mengandung gula berlebih penyebab obesitas.
Stunting dan obesitas ini disebabkan karena kurangnya pemberian gizi pada masa masa emas di 1000 hari pertama kehidupan, tepatnya di 270 hari ketika dalam kandungan dan 2 x 365 hari setelah anak lahir ke dunia. Masa masa itu bisa dikatakan sebagai masa penentu bagi masa depan anak kita kelak. Jika kita bisa memberikan nutrisi yang tepat pada masa itu, Insya Allah anak kita akan tumbuh sehat dan cerdas serta dapat menjadi generasi emas 2045 nantinya.
Hal ini amat erat kaitannya dengan materi yang dibawakan oleh Siti Masrifah, Anggota Komisi IX DPR RI selaku pembicara selanjutnya. Beliau mengungkapkan soal keseriusan pemerintah dalam mengurangi kasus gizi buruk dan stunting ini. Ada banyak kebijakan serta UU yang sengaja dibuat pemerintah guna memberikan edukasi pada masyarakat agar kasus stunting dan obesitas ini dapat berkurang jumlahnya.
Selanjutnya, Dra Hj Nur Hayati Said Agil Siradj MA, Ketua Pengurus Harian PP Muslimat NU menambahkan bahwa dalam Islam pun diwajibkan bagi seorang ibu untuk menjaga anak anak nya hingga mereka tumbuh dewasa dan dapat berdiri sendiri kelak.
Untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 memang bukanlah hal yang mudah tapi juga bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan, dimulai dari menjaga anak anak kita sendiri dari Mal nutrisi agar dapat tumbuh kembang secara optimal saja sudah cukup. Langkah kecil yang kita lakukan akan amat besar pengaruhnya bagi masa depan bangsa kita.
yuk mari bergandengan tangan demi terwujudnya generasi emas 2045.
Wah kadar gula di SKM tinggi banget ya, jangan sampai anak2 diberikan susu ini sebagai pengganti ASI
BalasHapusBerarti selama ini saya salah yah sudah menjadikan SKM sebagai susu buat Haidar.
BalasHapusMemberikan gizi yang baik untuk anak-anak adalah kebaikan bagi orang tuanya. Masa depan mereka ada di tangan kita sebagai orang tuanya. Ayo jangan sia-siakan :)
BalasHapusHarus mulai rajin masak di rumah nih 😂
BalasHapusWaduh.. Anakku stunting enggak yah..apa emang ukurannya ga setinggi teman2nya, padahal aku sudah kasih gizi yang baik lho..
BalasHapusSerem ya lihat videonya, SKM dipanaskan malah jadi karamel, berarti isinya gula semua dong. Duh, prihatin nih sebagai ibu, untung anak saya nggak biasa dikasih SKM, kalau nggak bakal susah menghentikan minum SKM.
BalasHapusSebenarnya mau bikin anak sehat itu nggak perlu Mahal. Banyak pangan lokal dgn nutrisi tinggi, murah meriah Dan berlimpah disediakan oleh Alam. Untuk Kita kelola
BalasHapusaku dan anak2 sebenernya cukup doyan SKM, tapi tetap jaraaaang banget kita konsumsi, itupun hanya sebagai topping, misalnya saat bikin kue , puding, ato es buah. sebenernya lebih tepat disebut sebagai krimer sih ya ketimbang "susu kental manis" yg akhirnya bikin salah paham dan persepsinya jadi mirip susu sebagai pelengkap nutrisi
BalasHapusMal nutrisi madalah YG gak pernah selesai. Tugas ortu utk terus update info agar tahu YG terbaik bagi anak dlm Hal pemberian nutrisi.
BalasHapusMesti jadi ibu cerdas dan paham nutrisi agar bisa terwujud Generasi Emas 2045 ya ga sih.
BalasHapusSmoga generasi masa depan, adalah generasi tangguh siap hadapi tantangan jaman
BalasHapusSemoga aja ada pembagian susu dan makanan bergizi untuk masyarakat miskin ya karena mereka banyak yang kekurangan gizi.
BalasHapusSetauku SKM kandungan gulanya lebih dari 50% mba. Hampir 70% kalau tidak salah.
BalasHapusJangan macam2 dengan asupan gizi dan nutrisi pada anak, terlebih di 1000 HPK, salah sedikit fatal akibatnya bagi masa depan dan pertumbuhannya.
BalasHapusBenar ekonomi menjadi masalah utama dalam memberikan gizi ke anak. Kalau ekonomi keluarga rendah, biasanya anak hanya dikasih makan sayur dan tempe tahu, jarang makan ayam dan daging.
BalasHapus