04/04/18

Glaukoma, sang bom waktu yang sering tidak disadari

Tentunya bukan tanpa alasan Yang Maha Kuasa menganugrahkan indera penglihatan pada hampir seluruh makhluknya, termasuk manusia. Dunia yang sudah begitu indah diciptakan akan terasa sia-sia jika tidak bisa dinikmati oleh penghuninya, dan salah satu cara untuk ‘menikmati’ indahnya dunia ini adalah melalui indera penglihatan kita tersebut.

Sayangnya meski indera penglihatan atau yang simpelnya kita sebut mata itu amatlah penting, seringkali justru menjadi suatu hal yang dianggap sepele dan tidak mendapat perhatian khusus. Bahkan pada beberapa kasus banyak yang akhirnya menyesal setelah matanya tidak lagi dapat berfungsi dengan baik.



Tentunya hal itu amatlah aku hindari sebisa mungkin. Jujur, beberapa waktu yang lalu, aku sempat merasa ada yang ‘janggal’ pada mata sebelah kananku. Untuk melihat jarak jauh dan dekat memang masih terbilang normal, tapi saat malam hari, mata kananku terasa amat silau ketika melihat cahaya.

Rasa penasaran yang begitu besar akan kondisi mata kananku tersebut membuatku begitu bersemangat ketika menghadiri seminar publik di Auditorium Istiantoro RS Mata JEC Kedoya.
Acara yang berlangsung pada 28 Maret 2018 lalu tersebut, membahas seputar Glaukoma dan keluarga, sang penyebab kebutaan nomor 2 didunia.

Meski belum tentu juga ada kaitannya antara ‘janggal’nya mata kananku dengan glaukoma, tapi paling tidak aku berharap mendapat sedikit ‘pencerahan’ soal mata dengan mengunjungi langsung ke RS Mata JEC Kedoya tersebut.

Dr. Rini Sulastiwaty,SpM menjelaskan bahwa Glaukoma adalah penyakit mata dimana tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi, sehingga dapat merusak serabut saraf mata yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak.



Mudahnya seperti ini, pada organ dalam mata yang disebut badan siliar diproduksi suatu cairan (akuos humor) yang nantinya akan keluar dari dalam bola mata melalui jaringan-jaringan pada bilik mata depan atau anyaman trabekulum. Nah gangguang sistem pembentukan dan pengeluaran cairan akuos humor inilah yang bisa menyebabkan tekanan bola mata tinggi.

Akibat dari tekanan nya yang tinggi tersebut, serabut saraf mata yang biasa membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak menjadi rusak, hingga pada akhirnya akan menyebabkan penderita mengalami kebutaan secara permanen. Dan seramnya lagi, berbeda dengan katarak, kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan.

Meski begitu, menurut dokter Rini, Glaukoma dapat dicegah dengan mengontrol faktor risiko nya. Jika kita sudah tau faktor risiko glaukoma ada pada diri kita, paling tidak kita bisa langsung melakukan beberapa langkah untuk mencegah laju glaukoma ke arah kebutaan tersebut. Faktor Risiko glaukoma diantaranya adalah :
l Memiliki riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
l Berumur diatas 40 tahun
l Memiliki tekanan bola mata tinggi
l Penderita miopia ( kacamata minus) dan hipermetropia (kacamata plus) yang tinggi
l Pemakai steroid lama dan terus menerus (obat tetes mata, obat inhaler asma dan obat radang sendi)
l Pernah mengalami trauma pada mata
l Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi dan migren
  


Selanjutnya, dokter cantik tersebut menjelaskan kalau ada 5 jenis glaukoma yang wajib kita ketahui untuk meningkatkan kewaspadaan kita pada penyakit yang merupakan penyumbang sekitar 8 % dari kebutaan warga dunia menurut data WHO tahun2010.

1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka.


Pada glaukoma ini, terjadi gangguan sistem pengeluaran akuos humor melaui anyaman trabekulum, sehingga menyebabkan tekanan mata meninggi secara perlahan dan tanpa keluhan yang berarti. Saking perlahannya, penderita seringkali tidak menyadari prosesnya, hingga pada akhirnya seolah tiba-tiba mengalami kebutaan.

Meski biasanya glaukoma primer sudut terbuka ini menyerang mereka yang berusia diatas 40 tahun, tapi tidak menutup kemungkinan menyerang mereka yang berada di golongan usia yang lebih muda bahkan pada beberapa kasus juga ditemukan penderitanya yang masih berusia anak-anak.

2. Glaukoma primer Sudut Tertutup Akut

Konon katanya, glaukoma jenis ini adalah yang paling banyak terjadi di wilayah Asia, termasuk Indonesia. Berbeda dengan glaukoma primer sudut terbuka, pada glaukoma jenis ini, tekanan cairan tadi meningkat secara cepat dan drastis didalam mata, otomatis mengakibatkan tekanan bola mata mendadak tinggi dan menimbulkan beberapa gejala klinis seperti, rasa nyeri di mata, penglihat menurun, tampak ‘pelangi’ bila melihat lampu, sakit kepala, hingga mual dan muntah.

3. Glaukoma Primer Sudut Tertutup kronik

Prosesnya sama seperti glaukoma sudut tertutup akut, tetapi pada tipe ini bilik mata tertutup secara perlahan, sehingga tekanan mata terjadi peningkatan yang berkepanjangan. Dan lagi lagi karena prosesnya yang perlahan seringkali penderita tidak mengalami gejala sampai timbul kerusakan saraf optik.

4. Glaukoma Sekunder

Nah kalau Glaukoma sekunder ini adalah tipe glaukoma yang sedikit lebih jelas penyebabnya dibanding tipe lain. Jenis glaukoma ini terjadi sebagai efek samping kejadian atau komplikasi penyakit lainnya seperti, peradangan bola mata, katarak yang terlalu tebal, kecelakaan atau trauma, obat-obatan yang mengandung steroid, obat nyeri sendi, tumor, dan diabetes yang tidak terkontrol.

5. Glaukoma Kongenital

Untuk tipe ini bisa dibilang sebagai glaukoma bawaan lahir. Glaukoma ini terjadi karena sudut bilik mata depan terbentuk secara tidak normal sejak lahir. Biasanya, bayi penderita glaukoma kongenital ini memiliki bola mata yang lebih besar dari normal, kornea mata terlihat tidak jernih, dan sensitif serta keluar air mata bila melihat cahaya.



Mengenal kelima jenis glaukoma tersebut, sedikit membuatku agak takut. Glaukoma ini ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja jika tidak kita sadari keberadaannya. Saraf mata yang sudah rusak akibat glaukoma ini tidak dapat diperbaiki, penanganan yang bisa dilakukan adalah mencoba mengontrol tekanan mata sampai pada taraf yang aman untuk kesehatan saraf optik sehingga kerusakan lapang penglihatan tidak bertambah berat.

Meski yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki, tapi pada beberapa kasus dengan terapi kontrol secara teratur ke dokter mata, glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dikontrol dengan penggunaan obat baik tetes maupun oral, tindakan laser, operasi ataupun kombinasi.

Intinya sih, sekecil apapun kejanggalan yang ada di mata kita, sebaiknya sesegera mungkin diperiksa agar dapat diketahui sedini mungkin jika ada kendala dan bisa segera ditangani dengan baik oleh mereka yang ahli dibidangnya.

Untuk mata sendiri, selain kita bisa mengunjungi www.jec.co.id, sekarang JEC sudah membuka tiga cabang di jakarta dan sekitarnya yang bisa kita kunjungi untuk memeriksakan kondisi terkini mata kita, tepatnya sebagai berikut :

1. RS Mata JEC Menteng
Jl Cik Ditiro No 46, Menteng
Jakarta 10310
Telp (021) 390 4601

2. RS Mata JEC Kedoya
Jl Terusan arjuna utara No 1, kedoya
Jakarta 11520
Telp (021) 2569 6060

3. Klinik Mata Utama JEC Cibubur
Jl Raya Alternatif Cibubur No 1
Bekasi 17435






23 komentar:

  1. Mataku minus pengen sembuh juga, harus jaga kesehatan mata juga ya mbak biar kita gak kena katarak dan glaukoma

    BalasHapus
  2. Hiks, kalo dah berhubungan sama mata suka takut, terkadang ada yang mengganjal dikit aja langsung panik, khawatir banget anakku matanya mnus padahal ga ada riwayat ortunya minus, hiks

    Makasih sharingnya ya Mbaa..

    BalasHapus
  3. Mata aku minus niy jadi pengen cek ke JEC Kedoya

    BalasHapus
  4. Aku ada silindernya dikit, kemarin mau cek mata lupa terus

    BalasHapus
  5. Dulu alm Gus Dur kena penyakit glukoma, memang bahaya ya kak

    BalasHapus
  6. Ternyata glaukoma ada banyak jenisnya yaa.. terimakasih info nya sangat berguna terutama untuk penderita glaukoma..

    BalasHapus
  7. Mungkin itu juga salah satu alasan nggak boleh terlalu sering dan lama memakai softlense ya, mba. Sekarang saya mengerti kenapa suami selalu melarang. Walaupun sesekali rasanya ingin lepas dari kacamata. Semoga kita semua selalu sehat. Terimakasih tulisannya menambah wawasan saya akan penyakit glaukoma.

    BalasHapus
  8. Glaukoma, merupakan salah satu penyebab kebutaan. Apalagi, yang terkena juga orang-orang yang berusia produktif. Jadi, memang mesti waspada menjaga mata.

    BalasHapus
  9. Mengontrol faktor resikonya.

    Mengontrol kedokter ini yg membuat kita asli malas antri dan menunggu padahal ya kalau sdh kejadian mah seraam

    BalasHapus
  10. Waah aku punya mata minus, jadi ingin memeriksakan kondisi mataku juga deh.

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah mata aku sih normal kira-kira perlu periksa atau tidak sih?

    BalasHapus
  12. Mata itu benar-benar berharga, tapi kadang kita lupa merawat, ya. Duh, jangan sampai ada apa-apa dengan mata kita.

    BalasHapus
  13. mata tuh indra yang paling penting.. semoga sehat sehat semua matanya ya

    BalasHapus
  14. menjaga mata tetap sehata adalah hal yang penting ya mbak...

    BalasHapus
  15. Galaukoma brarti bisa akibat keturunan ya mbak. Ngeri juga ya, semoga kita semua memiliki mata yang sehat

    BalasHapus
  16. Termasuk penyakit keturunan yah Glaukoma ini seperti diabetes ya...?

    BalasHapus
  17. Ini pernah ngobrol juga sama salah satu blogger, serem kalau sudah urusan mata ya

    BalasHapus
  18. Eh sempat tes glaukoma? Gimana hasilnya? Apa harus lewat tes dengan alat?

    BalasHapus
  19. Baru tau kalau glaukoma ini penyakit keturunan,serem juga ya.

    BalasHapus
  20. Waktu SMA-kuliah aku pakai kacamata, karena harus lihat papan tulis yang jaraknya jauh. Udah masuk kerja, liat laptop terus kalau pakai kacamata malah pusing :(

    BalasHapus
  21. Sethu aku penyakit mata itu katarak, ternyata ada yang lebih bahaya ya seperti glaukoma ini. makasih sharing infonya mbak

    BalasHapus
  22. Ini penting banget infonya.
    Kita sering abai dengan kesehatan mata soalnya.

    BalasHapus
  23. mataku silindir...tapi berusaha ga pake kacamata. mau periksa lupa terus.

    BalasHapus