“Sudah jatuh tertimpa tangga pula”, agaknya ungkapan ini cocok sekali untuk menggambarkan kondisi yang dialami oleh masyarakat menengah kebawah saat sedang terhimpit ekonomi.
Ilustrasinya begini, kalau kita datang ke suatu tempat untuk meminjam uang saat kita sedang ‘susah’, sekalipun tempat tersebut adalah rumah kerabat kita, maka biasanya kita akan mendapat perlakuan yang amat tidak mengenakkan. Belum tentu pinjaman nya didapatkan, yang ada kita malah harus siap menanggung malu karena tak jarang jadi bahan pergunjingan orang sekitar.
Tak sampai disitu, seringkali ada bunga yang cukup besar ikut menyertai pinjaman tersebut. Tentunya, bunga ini justru akan membuat kita berada dalam lingkup masalah yang lebih besar lagi. Karena mengambil pinjaman dengan bunga yang besar seolah hanya menunda dan menambah masalah yang sedang kita hadapi saja. Jelas bukan solusi bagi masalah keuangan yang ada bukan...?
Tapi hal tersebut amat tidak mungkin terjadi jika ‘tempat’ yang kita datangi itu adalah pegadaian. Pegadaian yang memiliki tagline “mengatasi masalah tanpa masalah” tersebut masih amat diandalkan oleh masyarakat menengah kebawah. Saat kondisi seperti ilustrasi tadi datang menghampiri, di pegadaian para nasabah justru dilayani dengan sepenuh hati.
Ya, Tagline tersebut bukanlah tagline semata, tapi benar-benar terwujud dalam pelayanan yang diberikan pegadaian kepada para nasabahnya. Tadinya yang kutau, pegadaian hanya tempat meggadaikan barang saja, ternyata di usia nya yang genap menginjak 117 tahun pada tanggal 1 April 2018 lalu,pegadaian sudah bertransformasi menjadi suatu lembaga yang cukup komplit melayani masyarakatnya.
Hal tersebut aku dapatkan ketika aku menghadiri Pegadaian Literation Fair 2018 di Summarecon Mall Bekasi beberapa waktu yang lalu. Di pameran tersebut aku mendapati banyak hal seputar pegadaian lewat booth booth yang ada disana.
Kebetulan saat aku tiba disana, sedang ada pemilihan idola cilik pegadaian yang berlangsung di panggung utama di tengah area pameran, para peserta terlihat amat antusias mengikuti kompetisi dengan hadiah yang cukup menggiurkan tersebut.
Selain panggung utama, ada juga booth booth yang menjual barang-barang gadaian yang tidak tertebus lagi dengan harga yang jauh dibawah pasaran. Seperti laptop misalnya, di booth tersebut dijual mulai dari Rp 2.000.000 saja dengan kondisi yang masih amat layak pakai tentunya.
Ada juga kafe The Gade, sebuah mini cafe yang menyediakan kopi hangat gratis bagi para pengunjung pameran yang sudah mendownload aplikasi Sahabat Pegadaian dalam smartphone mereka.
Puas berkeliling area pameran, aku pun mengikuti talkshow yang berlangsung setelah acara pemiliha idola cilik pegadaian tadi. Talkshow yang mengangkat tema “Produk syariah pegadaian dan bisnis logam mulia” tersebut menghadirkan Ibu mawar selaku pimpinan cabang pegadaian syariah, Bapak agung, dan ibu Sylvia selaku perwakilan dari UBS yang merupakan vendor pegadaian.
Ya, saat ini pegadaian memang sedang menjalin kerja sama khusus dengan UBS. Produk UBS ini adalah logam mulia yang memiliki beberapa keunggulan dibanding logam mulia lainnya, seperti tidak memiliki tanggal produksi, memiliki sertifikat, serta dikemas dalam packaging yang cukup aman untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tentunya ini akan mempermudah kita untuk berinvestasi emas di pegadaian.
Bagi para nasabahnya yang tidak memiliki cukup uang untuk membeli emas ini secara tunai, pegadaian pun telah menyediakan beberapa cara lainnya, salah satunya adalah dengan tabungan emas yang memungkinkan kita untuk mendapatkan fasilitas layanan pembelian dan penjualan emas dengan sistem titipan dan harga yang amat terjangkau.
Dengan transformasi pegadaian dan layanan layanannya ini diharapkan pegadaian dapat lebih “mengatasi masalah tanpa masalah”
0 comments:
Posting Komentar