Pada tulisanku sebelumnya, aku pernah mengulas sedikit soal curhatanku saat galau memilih akan melanjutkan sekolah kemana ketika telah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pemikiranku yang kala itu masih amat jauh dari impian untuk menjadi SDM yang berkualitas atau bagaimana masa depan kualitas SDM di Indonesia , pada akhirnya membuatku harus berhadapan dengan kata penyesalan saat memilih jenjang SMA alih-alih SMK yang konon katanya lebih bisa diserap ‘pasar’ itu.
Penyesalan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan baik atau buruk kedua jenjang pendidikan tersebut. Semuanya kembali lagi pada keinginan serta kemampuan masing-masing individunya. Kebetulan saja, saat itu aku memang dihadapkan pada kondisi yang kurang baik dan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hingga akhirnya aku pun terpaksa menyandang gelar sebagai salah satu orang dengan kualitas SDM yang kurang mumpuni dan agak kesulitan dalam mencari pekerjaan dibanding teman-temanku yang merupakan lulusan SMK.
Yup, SMA dan SMK tidak akan pernah bisa kita sandingkan bersama, karena memang keduanya memiliki banyak perbedaan baik itu dari segi proses pendidikan maupun orientasi tujuannya. Secara akademis, SMA didesain untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sementara SMK sudah diarahkan untuk mengenal lebih dekat dengan industri sesuai jurusannya. Namun, meski berbeda jauh dan tidak bisa disandingkan, keduanya tetap bisa disatukan dalam tujuan untuk memperoleh kualitas SDM yang mumpuni.
Gambaran nyata perkembangan kualitas SDM di Indonesia
Agak berat memang jika saat kita membicarakan kegalauan memilih sekolah lanjutan saja sudah lantas membahas soal kualitas SDM di Indonesia, tapi mau tidak mau memang harus kita akui kalau hal ini tuh saling berkaitan satu sama lain. Kegalauan para generasi milenial saat memilih sekolah lanjutan ini merupakan masalah yang seolah sedang menggerogoti pondasi kualitas SDM Indonesia di masa depan.
Simulasinya begini, jika saat ini banyak generasi milenial yang galau memilih pendidikan lanjutan dan akhirnya harus menyesal, maka dapat dipastikan kualitas SDM kita di masa depan akan lebih terpuruk dari sekarang, begitupun sebaliknya. Selain kegalauan pemilihan jurusan di tingkat lanjutan ini, ternyata kualitas SDM di Indonesia pun mengalami hambatan di berbagai aspek lain yang tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Sedikit gambaran aja nih, saat ini Indonesia tuh sedang dihadapkan pada polemik yang berkaitan dengan tingginya presentase lulusan SD-SMP dalam SDM angkatan kerja, tepatnya sekitar 58,76 %. Seperti kita ketahui bersama, lulusan SD-SMP akan amat sulit diterima ‘pasar industri’, jadi, benar-benar harus ada intervensi dalam pembangunan kualitas SDM di Indonesia agar dapat terus bersaing.
Berbekal latar belakang inilah, akhirnya pemerintah melalui Kementrian Tenaga Kerja pun mulai mengambil langkah pasti dalam mengatasi kegalauan para generasi milenial ini agar bisa tetap menjaga kualitas SDM Indonesia di masa depan, dan alhamdulillah aku pun berkesempatan untuk ikut hadir dalam acara jumpa pers yang membahas masalah ini.
Peningkatan kualitas SDM Indonesia menjadi prioritas pemerintah
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang pada tahun terakhir periode pertama pemerintahannya ini akan memprioritaskan pembangunan kualitas SDM di Indonesia, Kementrian tenaga kerja pun menjadikan masifikasi pelatihan vokasi sebagai program prioritasnya. Simpelnya tuh meningkatkan kualitas SDM Indonesia akan menjadi resolusi pemerintah yang diwakili oleh Kemnaker di tahun 2019 ini.
Pemerintah paham betul bahwa meski Indonesia dianugerahkan dengan kekayaan alam yang begitu melimpah ruah tetap tidak akan ada artinya jika tanpa kualitas SDM yang mumpuni, karena di masa depan Sumber daya alam akan habis dieksploitasi sementara kualitas SDM yang mumpuni akan menjadi investasi untuk pembangunan bangsa ini, jadi tak salah bukan kalau akhirnya peningkatan kualitas SDM ini pun menjadi program prioritas atau resolusi pemerintah di tahun 2019...?!
Sekretaris Jendral, Khairul Anwar |
Sesuai dengan namanya, resolusi 2019, Kemnaker pun telah menyiapkan beberapa program pengembangan kualitas SDM di Indonesia diantaranya adalah masifikasi pelatihan di Balai Latihan Tenaga Kerja (BLK), pemagangan terstruktrur dan sertifikasi uji kompetensi.
Peningkatan kualitas SDM melalui masifikasi pelatihan di Balai Latihan Kerja
Pada tulisanku sebelumnya tentang Bentuk dukungan Kemnaker pada animasi karya anak bangsa, aku pun pernah mengulas soal pengalamanku saat berkunjung ke salah satu BBPLK yang ada di Bekasi. Berbagai fasilitas yang tersedia disana begitu menggambarkan usaha Kemnaker dalam meningkatkan kualitas SDM yang mumpuni di masa depan. Tak tanggung- tanggung loh, fasilitas disana tuh bisa dibilang mewah untuk sebuah BLK yang masih sering dianggap remeh oleh masyarakat.
Masifikasi pelatihan di BLK itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu Skilling, Up-skilling, dan re-skilling. Skilling itu ditujukan untuk angkatan kerja yang ingin mendapatkan skill atau keahlian baru, up-skilling untuk mereka yang ingin meningkatkan lagi keahlian yang telah dimiliki sebelumnya agar semakin mudah diterima oleh pasar industri, sementara re-skilling untuk pekerja yang ingin mendapatkan keahlian lain dari ketrampilan yang ia miliki sebelumnya. Triple skilling ini bisa dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta pelatihan BLK.
Melihat fasilitas yang disediakan oleh masing-masing BLK dibawah naungan Kemnaker ini maka tak heran jika animo masyarakat pada BLK pun mulai membesar, tercatat sejak 2015 - Oktober 2018 sudah ada 383.132 peserta pelatihan BLK dan pada tahun 2019 ini diperkirakan angkanya akan mencapai 660.476 peserta.
Usaha Kemnaker meningkatkan kualitas SDM melalui BLK Komunitas dan BLKLN
Tak sampai disitu saja, demi meningkatkan kualitas SDM di Indonesia, Kemnaker pun mulai mendekatkan akses pelatihan vokasi kepada masyarakat dengan membangun BLK Komunitas. Kalau pada tahun 2017 lalu sudah ada 50 BLK Komunitas, dan di tahun 2018 lalu sudah ada 75 BLK Komunitas, nah di tahun 2019 ini Kemnaker menargetkan angkanya naik menjadi 1000 BLK Komunitas dengan target memberikan pelatihan kepada 100 orang pada masing-masing BLK Komunitas tersebut.
O iya, seperti paham betul dengan par generasi milenial yang berbasis digital, Menaker Hanif pun menginisiasi pembangunan Innovation room tempat berlangsungnya jumpa pers ini, tepatnya di Lantai M Gedung parkir kementrian Ketenagakerjaan. Yup, kalian ga salah baca, innovation room ini memang berlokasi di gedung parkir dan memang awalnya berfungsi layaknya tempat parkir kebanyakan, namun sekarang telah diubah menjadi sebuah talent hub demi merespon era baru industri digital dan industri 4.0.
Desain ruangannya yang terlihat instagramable ini diharapkan dapat memudahkan keluarnya kreativitas setiap pengguna innovation room ini. Kabar baiknya adalah kelak innovation room ini akan direplikasi di BLK-BLK milik Kemnaker.
Bismillah... Insya Allah dengan berbagai usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia ini dapat segera membuahkan hasil dan membawa Indonesia ke gerbang kesuksesan dimata international.
Banyak juga ya rencana Kemenaker membangun komunitas hingga mencapai 1000 komunitas.
BalasHapusPemerintah meningkatkan kualitas SDM dengan memberdayakan masyarakat melalui pelatihan vokasi