Saat seorang laki-laki dewasa mengucapkan ijab kabul di depan
penghulu, maka pada saat yang bersamaan pula, tanggung jawab yang tadinya
diemban oleh orangtua si wanita akan langsung beralih padanya. Raga
serta jiwa laki-laki yang telah menikah itu tidak lagi miliknya seorang, karena
ada kewajiban yang harus ia tunaikan pada wanita yang telah ia nikahi tadi, termasuk
untuk urusan menjaga kesehatannya sendiri.
Sayangnya dalam menjaga kesehatan tersebut, banyak lelaki dewasa
yang mengabaikannya dengan terus merokok, meski tak kupungkiri juga kalau ada
wanita yang ikut-ikutan merokok. Padahal aku yakin, sebagian besar dari mereka
paham betul akan bahaya rokok terhadap kesehatan diri dan orang sekitarnya.
Jujur aku sendiri sedikit gagal paham soal ini, disatu sisi mereka
bilang tau kalau rokok itu bisa membunuhnya, namun disisi lain mereka terus
saja melakukannya demi kata ‘kenikmatan’ tanpa menghiraukan akibat yang
mungkin saja bisa dirasakan oleh diri sendiri maupun orang sekitarnya, bahkan
mungkin dapat juga dirasakan oleh orang-orang yang ’katanya’ mereka cintai itu.
Aku sempat berpikir, apa menurut mereka istri maupun anaknya itu
hanya seharga rokok yang ia agung-agungkan tersebut...? Mungkinkah ia akan
lebih memilih Rokok dibanding keluarganya jika disuruh memilih...? namun hingga
saat ini pertanyaan tersebut tidak pernah terjawab. Entah karena memang tidak
ada jawabannya atau karena aku sendiri yang takut mendengar jawabannya
tersebut.
Workshop blogger kesehatan dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Pembahasan soal Rokok ini cukup menarik perhatianku, inilah yang
kemudian membuatku begitu antusias ketika mendapat undangan workshop blogger
kesehatan yang sengaja dihelat oleh Kementrian Kesehatan RI dalam rangka
memperingati hari tanpa tembakau sedunia beberapa waktu yang lalu.
Workshop tersebut berlangsung selama dua hari dengan materi yang
amat berisi. Meski workshop ini bertepatan dengan hari tanpa tembakau sedunia,
materi yang dbawakan tidak melulu seputar tembakau dan rokok saja. Pada hari
pertama, kami, para peserta workshop itu diajak berdiskusi langsung dengan para
ahli seputar penyakit tidak menular yang setiap harinya seolah tak berhenti
meningkat di Indonesia.
Dalam materinya, dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA, selaku
perwakilan dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
sempat mengemukakan bahwa ada begitu banyak faktor risiko yang tanpa disadari
ternyata amat dekat dengan keseharian kita di Indonesia.
Setidaknya 80% Penyakit tidak menular ini disebabkan oleh perilaku
tidak sehat, seperti Kurang aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi buah dan
sayur, Kebiasaan merokok dan lain sebagainya. Pemerintah sendiri melalui kementrian
kesehatan sudah sejak lama menggaung-gaungkan kampanye hidup sehat dengan tajuk
GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
GERMAS memiliki rumus peningkatan gaya hidup sehat yang disingkat
menjadi CERDIK dan PATUH. Penjelasan selengkapnya soal CERDIK dan PATUH ini
pernah aku ulas di tulisan sebelumnya, tepatnya di tulisan berjudul Mau
kendalikan tekanan darahmu…? Cek dulu beberapa hal ini…
Secara singkat CERDIK ini adalah rumus promosi kesehatan
untuk mengatasi penyakit tidak menular,
C = Cek kondisi kesehatan secara
berkala
E = Enyahkan asap rokok
R = Rajin aktivitas fisik
D = Diet sehat dengan kalori seimbang
I = Istirahat yang cukup
K = Kendalikan Stress
Sementara PATUH ditujukan untuk mereka yang sudah
dinyatakan menyandang penyakit tidak menular dan sengaja dibuat agar mereka
semakin rajin kontrol dan minum obat serta tetap semangat menjalani hari.
P = Periksa kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter
A = Atasi penyakit dengan pengobatan
yang tepat dan teratur
T = Tetap diet sehat dengan gizi
seimbang
U = Upayakan beraktivitas fisik dengan
aman
H = Hindari rokok, alkohol, dan zat
karsinogenik lainnya
Susahnya berhenti merokok, mungkin inilah sebabnya…
Nah, jika kita perhatikan rokok ternyata mendapat tempat khusus
dalam pengendalian penyakit tidak menular yang digaungkan oleh Kementrian
kesehatan RI, tegok saja bahkan kata ‘Enyahkan asap rokok’ tersebut bisa berada
diatas aktivitas fisik. Ini jelas bukan tanpa alasan, Permasalahan seputar
rokok dan dampak yang ditimbulkannya memang tidak bisa dianggap sepele.
Beruntungnya, pada hari kedua workshop blogger kesehatan tersebut,
aku berkesempatan untuk mengunjungi RSU Persahabatan yang merupakan rumah sakit
rujukan respirasi nasional untuk lebih memperdalam lagi materi tentang rokok
dan dampaknya. Aku jelas tidak akan melewatkan begitu saja kesempatan besar
ini.
Menurut Dr Feni Fitriani Taufik, Sp.P (K), meski kita merasa gemes
bukan main melihat para perokok itu, kita juga tidak boleh serta merta
menyalahkan mereka begitu saja. Alasannya adalah karena memang sebenarnya bukan
keinginan mereka untuk terus kecanduan dengan rokok tersebut.
For your information, kandungan nikotin yang mengalir dalam darah terbukti
akan membantu pelepasan dopamin menjadi lebih mudah sehingga memberikan efek
nyaman bagi mereka. Sampai di sini mungkin kita akan berpikiran positif terhadap rokok tersebut, terutama bagi mereka
yang memang sedang mengalami tekanan hidup. Namun ternyata nikotin juga akan
mengurangi kemampuan tubuh dalam memproduksi dopamin tadi secara alami, hingga
pada akhirnya mereka tidak bisa merasa nyaman jika tanpa bantuan nikotin
tersebut. Inilah yang kemudian membuat mereka kecanduan nikotin.
Kabar buruknya adalah dampak dari rokok tersebut tidak langsung
dirasakan saat ini, tapi akan berdampak besar di masa depan. Untuk memberikan gambaran nyata pada para
peserta workshop, setelah menerima paparan materi itu, kami pun diajak melihat
langsung kondisi penderita kanker rokok stadium 4 yang tengah menjalani
perawatan di RSU Persahabatan.
Sebut saja beliau pak Agus ( nama samaran ), mengaku telah
menjalani perawatan kanker nya selama setahun belakangan ini. Ia sudah menjadi
pecandu rokok sejak usia 15 tahun, karena saat ini usia beliau telah menginjak
65 tahun, maka sama artinya sudah 50 tahun rokok menemani hari-harinya.
Dulu ia sama sekali tidak pernah terbersit untuk berhenti merokok
karena kenikmatan yang ditawarkan oleh rokok itu sendiri. Namun sekarang
setelah merasakan langsung bagaimana sakitnya dampak dari rokok yang dulu menjadi
sahabatnya itu, ia benar-benar menyesal dan menitipkan salam pada semua pembaca
blog ini untuk senantiasa menjauhi rokok.
Sayangnya, seperti yang sudah aku jelaskan diatas, berhenti
merokok itu bukanlah perkara semudah membalikkan telapak tangan. Butuh niat dan
tekad yang kuat serta dukungan dari orang terdekat. Oleh karena itu RSU
Persahabatan selaku Rumah sakit rujukan respirasi nasional pun membuka layanan
klinik berhenti merokok bagi mereka yang serius ingin berhenti merokok.
Di klinik yang langsung ditangani oleh dr Feni tersebut, para
perokok akan diberikan konsultasi, terapi dan obat-obatan khusus guna
mengurangi dampak dari ketidaknyamanan akibat berhenti merokok. Dengan begitu,
diharapkan proses berhenti merokok akan lebih mudah.
Jadi buat kalian yang memang serius bertekad untuk berhenti
merokok bisa langsung mengunjungi Klinik Berhenti Merokok RSU Persahabatan atau
bisa juga menghubungi Quitline berhenti merokok Kemenkes RI di 08001776565.
O iya buat kalian yang pengen tau lebih jauh soal Penyakit Tidak Menular, termasuk soal dampak rokok ini bisa langsung tengok ke website resminya di http://p2ptm.kemkes.go.id/ dan akun sosial media P2PTM sebagai berikut,
Instagram : @p2ptmkemenkesri
Twitter : @p2ptmkemenkesri
O iya buat kalian yang pengen tau lebih jauh soal Penyakit Tidak Menular, termasuk soal dampak rokok ini bisa langsung tengok ke website resminya di http://p2ptm.kemkes.go.id/ dan akun sosial media P2PTM sebagai berikut,
Instagram : @p2ptmkemenkesri
Twitter : @p2ptmkemenkesri
Nah terakhir, aku mewakili
para istri di Indonesia ingin mengatakan pada kalian wahai para suami tercinta,
“Kami ingin kalian berhenti merokok semata-mata karena berharap dapat hidup
bahagia bersama kalian lebih lama...”
0 comments:
Posting Komentar