Di masa-masa awal perpindahan ke rumah yang hingga
sekarang kami tinggali ini, aku sempat dibuat kaget dengan jarangnya truk
pengangkut sampah lewat, malah bisa dikatakan sesuka hati mereka saja.
Akibatnya ya bisa ditebak, sampah di rumah pun jadi menumpuk tak terkendali,
terlebih bagi keluargaku yang memiliki tiga orang anak pastinya. Meski begitu,
aku jelas tak sampai hati jika harus menyalahkan si akang pengangkut sampah tersebut,
mungkin saja mereka memang sedikit kesulitan jika harus sering lewat di wilayah
kami.
Nah alasan tersebut lah yang membuatku seolah ‘dipaksa’
untuk mengurangi keberadaan sampah dirumah. Aku pun mulai membiasakan diri, termasuk semua
anggota keluarga untuk ‘diet sampah’ dengan berbagai cara, mulai dari
mengurangi penggunaan kantong plastic saat berbelanja, hingga membeli produk
sehari-hari dalam ukuran besar sehingga dapat meminimalisir sampah yang
terbuang.
Kunjungan ke Kapal Odyssey Race for Water dan fakta-fakta tentang sampah yang ditemukan
Mungkin yang kulakukan itu memang hanya sebuah
langkah kecil di rumah, tapi ternyata dampaknya bisa besar loh, bahkan lebih
besar dari apa yang kita duga. Pemahaman ini berhasil aku dapatkan ketika berkesempatan untuk mengunjungi kapal Odyssey
Race for Water di Batavia Marina, Jakarta beberapa waktu yang lalu.
For your information, Kapal Odyssey Race for
Water ini merupakan kapal yang melakukan ekspedisi keliling dunia demi meneliti
keberadaan dan kondisi sampah plastik yang ada di pantai-pantai persinggahan. Kapal
yang dikelola oleh yayasan Race for Water ini dibuat pada tahun 2010 di Jerman
dan mulai berlayar keliling dunia pada tahun 2013.
Setelah melakukan pelayaran selama 5 tahun
belakangan ini, para peneliti dari Odyssey ini menemukan beberapa fakta tentang
sampah plastik yang ternyata begitu dahsyat mencemari lautan di bumi tercinta
kita ini. Secara kasat mata, jika kita melihat ke arah laut, pencemaran dari
sampah plastik itu memang tidak begitu terlihat. Alasannya tak lain adalah
karena hanya 1-3% sampah plastik saja
yang terlihat di permukaan laut, sisanya menumpuk begitu saja di dasar laut.
Mirisnya, sampah-sampah plastik yang mengendap
di dasar laut itu membutuhkan waktu yang amat sangat lama untuk dapat terurai, bahkan
bisa sampai ratusan tahun, padahal produksi sampah plastik sehari-hari
jumlahnya begitu besar. Jadi, alih-alih teratasi, sampah-sampah itu terus dan
terus menumpuk di dasar laut seperti sedang ‘membangun’ pulau sampah saja.
Hanya sampai disitu sajakah dampak dari
penumpukan sampah itu…? Ternyata jawabannya tidak… Masih berdasarkan hasil dari
penelitian yang dilakukan di kapal Odyssey tersebut, hal yang lebih
membahayakan ternyata juga sedang mengintai kita semua, yaitu keberadaan mikroplastik
bagi keberlangsungan hidup. Ukurannya memang teramat kecil, namun mikroplastik
yang dimakan oleh ikan di laut terbukti membuat adanya perubahan DNA yang
membuat penurunan kualitas hidup.
Ini benar-benar bukan suatu masalah yang patut
kita sepelekan, dan masalah pencemaran laut ini juga bukan semata-mata hanya
masalah satu negara saja, tapi semua negara yang ada di muka bumi ini harus
sama-sama mencari solusi nya secara mufakat. Semangat inilah yang terus
digembar-gemborkan oleh Race for Water di setiap negara persinggahannya.
Menariknya, agar lebih bisa menyampaikan
semangat Go Green nya, kapal Odyssey ini berkeliling dunia hanya mengandalkan
bahan bakar yang ramah alam saja loh, yaitu dengan menggunakan tenaga surya, angin
dan hidrogen. Di awal ekspedisi mereka hanya mengandalkan tenaga surya saja,
namun seiring berjalannya waktu dan penelitian terus dilakukan demi mendapat
sumber energi lain, akhirnya digunakanlah tenaga angin dan hidrogen sebagai
sumber energi lain.
Mulai diet sampah dengan beberapa hal ini saja...
Memahami satu per satu penjabaran saat
berkunjung ke kapal Odyssey itu, membuatku semakin yakin untuk terus melakukan
diet sampah dan menularkan semangat ini pada orang di sekitarku. Kalau bukan
kita yang memulai lalu siapa lagi…? Kalau bukan sekarang, lalu mau kapan lagi…?
Sebenarnya ada banyak langkah nyata yang bisa kita ambil demi menjaga bumi tercinta
ini loh, beberapa contoh yang sudah berhasil aku lakukan di rumah adalah
sebagai berikut,
1.
Gunakan
kantong belanja yang bisa digunakan lagi.
Serius deh, cara ini benar-benar bisa
mengurangi sampah rumah tangga hingga 50%, aku sendiri telah melakukannya. Coba
saja ingat ada berapa kantong plastik dalam satu kali berbelanja ke pasar jika
tanpa diet plastik, mungkin jumlahnya bisa mencapai puluhan saking banyaknya. Kebiasaan
beda warung beda kantong plastik harus dipangkas demi diet sampah ini.
2.
Beli
produk dalam ukuran besar
Coba deh, biasakan membeli produk sehari-hari
dalam jumlah yang besar jangan dalam kemasan sachet. Insya Allah sampah pun
akan jauh berkurang.
3.
Sedia
botol minum dan tempat makan
Sekarang aku pun mulai membiasakan anak-anak
untuk membawa botol dan tempat makan sendiri saat ke sekolah. Selain bisa
mengurangi sampah, aku juga bisa sekaligus memeriksa jajanan apa yang mereka
beli saat di sekolah dari sisa makanan yang ada di tempat makan nya tersebut.
4.
No
sedotan
Awalnya aku hanya mengganti sedotan plastic dengan
sedotan yang bisa digunakan kembali seperti sedotan stainless atau sedotan bambu,
tapi ternyata penggunaan sedotan seperti ini tidak ramah anak. Suatu waktu anak
bungsu ku pernah terluka karena salah menggunakannya, jadi mulai dari situ aku
lebih memilih untuk tidak menggunakannya lagi.
5.
Pilah
sampah sesuai jenisnya
Aku sendiri memang sudah bekerja sama dengan
salah satu pemulung yang sering lewat depan rumahku. Sampah yang bisa didaur
ulang seperti botol plastik sudah aku pisahkan di tempat tersendiri yang mudah
diambil oleh mereka. O iya keberadaan pemulung ini juga mendapat epresiasi loh
dari para peneliti di kapal Odyssey, Indonesia tuh termasuk Negara yang
beruntung karena keberadaan mereka. Kenapa…? Karena di beberapa negara masalah
sampah ini menjadi sulit teratasi akibat tidak adanya pemulung yang memilah
sampahnya. Jadi, jangan meremehkan profesi mereka ya…
6.
Gunakan
kembali yang masih bisa digunakan.
Ini biasanya aku terapkan di sampah dapur. Ada banyak
contoh sampah dapur yang bisa kita gunakan untuk fungsi lain loh, contohnya
saja saat kita memasak telur, putih telur yang tersisa di cangkang bisa
langsung digunakan sebagai masker dan kulit telurnya bisa dihaluskan untuk
pupuk tanaman. Dengan begitu sampah dapur bisa berkurang drastis deh.
Kurang lebih sih 6 hal itu saja yang sudah aku
terapkan sebagai langkah awal untuk mengurangi sampah. Hanya langkah kecil,
amat jauh dari apa yang dilakukan oleh Race for Water, tapi lebih baik daripada
hanya bisa diam di tempat tanpa melakukan apa-apa. Jadi, yuk mulai langkah
nyatamu untuk mengurangi sampah…
0 comments:
Posting Komentar