Belakangan ini banyak masyarakat Indonesia yang
mulai peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebuah perilaku baru yang patut
disyukuri serta diapresiasi dengan baik. Aku pun mulai meningkatkan perhatianku
pada lingkungan dengan berbagai cara simple yang mungkin akan berdampak nyata
pada kelestarian lingkungan, mulai dari hemat listrik hingga meminimalisir
penggunaan kantong plastik. Kebiasaan ini terus aku lakukan sampai pada
beberapa waktu lalu aku mendapat pencerahan dari seorang teman blogger yang
baru saja menyelesaikan akademi blogger terkait lingkungan di Bali.
Menurutnya, plastik dan barang lain sejenisnya
itu adalah teknologi modern yang tidak akan bisa kita tolak penggunaannya 100%.
Yup biar bagaimanapun harus diakui kalau semua itu telah mempermudah kehidupan
kita semua, jadi tidak bisa dijadikan kambing hitam dalam masalah lingkungan
yang terjadi begitu saja. Bukan plastik dan barang sejenisnya itu yang salah,
melainkan perilaku kita dalam menanganinya, begitu kurang lebih pendapat beliau
yang berhasil aku rangkum.
Dalam hati aku membenarkan pendapatnya
tersebut, akan amat sulit jika kita semua harus kembali ke jaman dimana
barang-barang yang ‘katanya’ merusak lingkungan itu belum diproduksi. Jadi, bukankah
akan lebih baik kalau kita sama-sama mencari solusi penanganan sampah nya, alih
alih terus menyalahkan barang tersebut begitu saja ?!
Rasa penasaran terhadap masalah ini, membuatku
semakin antusias ketika mendapat undangan sharing bersama narasumber yang
kompeten di bidang ini tentang fakta singkat penggunaan polistiren yang
bersentuhan dengan makanan. Bukan sebuah topik yang langsung menyasar rasa
penasaranku di atas, namun tetap masih berkaitan satu sama lain. Kurang lebih sama dengan plastik, Styrofoam
yang terbuat dari polistiren pun sering dijadikan kambing hitam terkait
kerusakan lingkungan yang terjadi belakangan ini, lalu benarkah
polistiren/Styrofoam ini berbahaya…? Nah jawaban pertanyaan inilah yang
berhasil aku dapatkan dari acara sharing tersebut.
Ada sedikit kesalahpahaman yang terjadi di
masyarakat terkait penggunaan Styrofoam pada makanan. Hingga saat ini masih ada
saja yang menganggap penggunaan Styrofoam pada makanan ini berbahaya dan dapat
merusak lingkungan. Padahal kenyataannya Styrofoam terbukti aman untuk
digunakan langsung sebagai tempat makan siap saji. Tak tanggung-tanggung, keamanan dari styrofoam ini bahkan disematkan pada keterangan pers BPOM pada tahun 2009 tentang kemasan makanan Styrofoam nomor KH.00.02.1.55.2888 tanggal 14 Juli 2009.
Styrofoam dianggap berbahaya karena ‘katanya’
terbuat dari stiren yang memang terbukti tidak baik bagi kesehatan manusia,
namun faktanya, stryfoam terbuat dari polistiren atau turunan dari stiren yang
terbukti aman untuk digunakan sebagai kemasan penyajian makanan. Keamanan nya
bersentuhan langsung dengan makanan ini bahkan dapat dilihat dari logo
bergambar sendok garpu yang berarti food grade atau aman untuk makanan pada bagian
bawah Styrofoam.
Masalah lain yang tak kalah menarik, Styrofoam
pun dianggap sebagai perusak lingkungan karena sampah yang dihasilkan dari
penggunaannya. Dalam hal ini pun ternyata ada kesalahpahaman yang terjadi.
Sampah Styrofoam yang menggunung memang ‘terlihat’ merusak lingkungan namun
tidak akan terjadi apa-apa jika kita semua sadar tentang bagaimana proses
pemilahan serta pengolahan sampah. Ini berlaku untuk semua jenis sampah, bukan
hanya Styrofoam saja pastinya.
Sebenarnya, jika sampah Styrofoam ini sudah
dipilah dan dipisahkan dari sampah lainnya, Styrofoam bisa didaur ulang
kembali. Tanda daur ulangnya pun nyata terlihat pada bagian bawah Styrofoam,
berupa panah berbentuk segitiga yang berarti daur ulang dan angka 6 di dalamnya
yang berarti polistiren.
Di belahan dunia lain, proses daur ulang
polistiren/Styrofoam ini bahkan sudah bisa diakses hingga ke keluarga,
contohnya saja di California, 20% dari seluruh penduduknya telah memiliki akses
daur ulang jajanan makanan pinggir jalan yang menggunakan kemasan polistiren
busa nomor 6. Indonesia mungkin belum bisa seperti itu, tapi siapa yang tau ke
depannya akan seperti apa…
Aku sendiri masih membiasakan diri untuk
membawa tempat makan dari rumah, namun juga tidak lantas jadi antipasti
terhadap polistiren/Styrofoam ini. Dalam keadaan darurat, seperti saat tidak
membawa kotak makan sendiri, aku tidak masalah menggunakan Styrofoam sebagai
kemasannya, karena memang terbukti aman untuk digunakan. Kalian sendiri
bagaimana teman…? Masih ragu memakai Styrofoam sebagai tempat makan…? Atau
sudah berubah pandangan terkait Styrofoam ini…? Share yuk di kolom komentar…
Hooooo, berarti memang sebenernya lebih baik stereofom ya -.-
BalasHapussaya kalau bungkus, biasanya kertas minyak itu sih ._.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus