Setiap ucapan yang keluar dari mulut kita itu
adalah doa, rasanya ungkapan ini benar-benar pas untuk menggambarkan ceritaku
kali ini, cerita tentang behind the scene keberangkatanku ke Jepang beberapa
waktu yang lalu. Ya, bisa menginjakkan
kaki di negri sakura jepang memang masih terasa seperti mimpi bagiku. Jauh
sebelum keberangkatan ke Jepang, aku memang memimpikan untuk bisa liburan ke
sana, namun mengingat besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk mewujudkannya,
mimpi tersebut pun terpaksa harus terkubur begitu saja.
Bisa dikatakan semua ini berawal dari candaan
sahabatku tercinta, Novitania, yang ternyata dianggap sebagai doa yang tulus
oleh-Nya. Kurang lebih satu bulan sebelum pengumuman soal keberangkatanku
tersebut, aku dan dia bercanda di event Jak-Japan Matsuri yang merupakan
pameran kebudayaan Jepang dan Jakarta. ‘ iya, sekarang mah kita liat bunga
sakura nya di sini aja dulu, tahun depan kita liat bunga sakura langsung di Negara
asalnya’, begitu isi candaannya yang hanya aku tanggapi dengan tawa.
Toyota User Experience & Blog Competition, pintu ajaib ku menuju Jepang
Tak sampai satu bulan kemudian, tepatnya pada
tanggal 26 September 2019 lalu, aku dan Novitania berkesempatan untuk mengikuti
Toyota User Experience yang diselenggarakan oleh Tempo.co dan Toyota. Dalam
acara tersebut, kami diajak untuk merasakan sensasi berkendara dengan
menggunakan Toyota New Veloz untuk kemudian dijadikan bahan tulisan yang akan dikompetisikan
dengan hadiah trip ke jepang.
Jujur, ini merupakan lomba blog tercepat dan
terunik yang pernah aku ikuti. Tidak seperti lomba blog lain yang biasanya
menjadikan kualitas tulisan sebagai poin penilaian utama, pemenang lomba blog
ini justru dilihat dari banyaknya jumlah share tulisan. Jadi jangan heran jika
akhirnya banyak yang ‘menyerah’ duluan, seperti aku dan novitania. Ya, kami
benar-benar sudah angkat tangan duluan karena memang merasa tidak akan menang
jika penilaiannya seperti itu.
Saat itu, kami hanya diberi waktu tiga hari
untuk menulis dan tiga hari kemudian untuk membagikan link tulisan di tempo.co
tersebut pada sanak saudara. Benar-benar waktu yang begitu singkat untuk ukuran
sebuah blog competition bukan…?! Namun
untuk menjaga komitmen, meski ‘agak berat’, aku tetap menyelesaikan tulisan bertajuk
5 Alasan memilih Toyota new veloz sebagai mobil keluarga tersebut.
Setelah memposting tulisan itu di blog masing-masing,
kami diwajibkan mengirim dokumen tulisan tersebut dalam bentuk word untuk
nantinya dikurasi oleh tim editing tempo agar dapat tayang di laman tempo.co.
Nah link tulisan kami di tempo.co tersebut lah yang bisa kami share ke teman
dan sanak saudara. Laman tempo.co memiliki tools khusus untuk menghitung jumlah
share yang dijadikan penilaian utama blog competition ini, begitu alasannya.
Begitu mendapatkan link tulisan, aku mulai
meminta bantuan pada teman terdekat dan beberapa grup whatsapp untuk kembali
menyebarkannya. Jujur, saat itu aku hanya ingin memberikan yang terbaik pada
Toyota dan Tempo.co supaya tidak sampai kosong banget jumlah share nya.
Seingatku, tulisan tersebut hanya dibagikan di grup whatsapp GenPi dan sekolah
adikku saja, sisanya aku japri ke beberapa orang terdekat, tentu dengan
mandatory untuk membagikannya kembali pada yang lain.
Sadar diri tidak maksimal membagikan link
tulisan tersebut, aku pun tidak berharap banyak pada pengumuman lomba itu. Bahkan
saat Kak Adimas Triyono Pujadi, PIC lomba blog ini mengumumkan kalau penilaian
lomba akan ditutup pada tanggal 7 Oktober 2019 pukul 19.00 WIB, aku sama sekali
tidak melihat jumlah share tulisanku lagi.
Tepat pukul 21.16 WIB, namaku disebut sebagai
pemenang lomba blog ini. Benar-benar seperti mimpi rasanya. Alhamdulillah…
Alhamdulillah… Alhamdulillah… hanya itu kata yang bisa aku ucapkan saat itu. Dan
bisa ditebak, malam itu aku tidak bisa tidur sampai pagi, hehehe…
Paspor, Pengantar atau penghambat…?
Mimpi indah berangkat ke Jepang hampir buyar
tanpa jejak saat pagi harinya aku sadar kalau aku belum memiliki paspor yang
merupakan syarat utama bagi WNI yang ingin ke luar negri. Bagaimana mau
berangkat ke Jepang jika paspor saja tidak punya…?! Hari-hariku berikutnya pun
dihabiskan dengan proses pembuatan paspor yang begitu panjang bagiku.
Tak salah jika ada yang mengatakan pembuatan
paspor itu hanya memerlukan waktu 4-5 hari saja, namun kenyataannya tidak
semudah itu juga. Besarnya minat masyarakat dalam membuat paspor yang melebihi
kuota, mau tidak mau membuat antrian semakin panjang dan aku pun agak kesulitan
untuk mendapatkan jadwal foto dan wawancara sebagai syarat pembuatan paspor.
Alhamdulillah,
lagi-lagi berkat bantuan sahabatku, Novitania, hanya berselang satu hari kemudian
aku berhasil mendapat jadwal foto dan wawancara di Kantor Imigrasi Bekasi. Ini
bisa dibilang keajaiban bagiku, di saat orang lain harus menunggu hingga
berminggu-minggu untuk bisa mendapat nomor antrian tersebut, aku hanya
membutuhkan waktu satu hari saja.
Sayangnya mendapat nomor antrian pembuatan
paspor itu tak lantas menyelesaikan masalahku begitu saja. Pihak tempo.co terus
‘menagih’ paspor ku hampir setiap hari. Meski sadar kalau hal ini adalah lumrah
karena paspor ku itu memang dibutuhkan untuk mengurus visa dan pembelian tiket,
hal ini tetap menjadi tekanan tersendiri bagiku. Gegana atau gelisah galau
merana pun mulai mewarnai hari-hariku selanjutnya
Setelah menghitung waktu yang dibutuhkan untuk
mengurus visa, akhirnya pihak Tempo.co memberikan keputusan, jika aku tidak
bisa memberikan paspor tersebut pada tanggal 16 Oktober 2019 maka
keberangkatanku ke Jepang terpaksa harus dibatalkan. Lemas rasanya aku membaca
chat whatsapp tersebut karena pasporku dijadwalkan baru selesai pada tanggal 17
Oktober 2019. Mengikhlaskan sesuatu yang kita impikan ternyata memang tidak
mudah, tanpa terasa air mata menetes begitu saja. Aku coba ikhlas tapi
benar-benar sulit rasanya.
‘ Udah serahin aja ama Allah nat, kalau kata
Dia kamu jalan, insya Allah tetap jalan kok, tapi kalau kata Allah ga boleh
jalan, ya udah mungkin itu yang terbaik, nanti kita ke Jepang bareng aja’
kata-kata soulmate-ku ini lumayan membantuku untuk mulai memasrahkan diri
pada-Nya, membuat hati ini mulai mendekati kata ikhlas jika harus melepas
semuanya.
Meski kemungkinan pasporku telah selesai begitu
kecil, pada tanggal 16 Oktober 2019 aku tetap
melangkahkan kaki ke Kantor Imigrasi Bekasi. Kebetulan saat itu Kantor Imigrasi
Bekasi sedang mengalami gangguan system sehingga banyak masyarakat yang tidak
mendapat nomor antrian dan terpaksa harus menunggu tanpa kepastian, aku salah
satunya. 2 jam lebih aku menunggu kabar soal papsorku itu, dan Alhamdulillah
keajaiban kembali menghampiriku, tepat 10 menit sebelum jam 12 siang, namaku
pun dipanggil untuk mengambil paspor yang telah selesai itu.
Paspor selesai. Lalu apakah behind the scene
keberangkatanku ke Jepang ini sudah selesai…? Ternyata belum selesai
sodara-sodara, masih ada sederet drama yang mengiringinya, hehehe...
Visa Jepang, akhir dari behind the scene keberangkatan ku ke Jepang
Begitu paspor sudah di tangan, aku pun tak
membuang waktu lagi. Jari yang terasa semakin gemetar ini langsung menghubungi
pihak tempo via whatsapp dan langsung menyepakati untuk bertemu di Japan Visa
Application Center. Kebetulan aku tiba lebih awal di sana, tepat pukul 14.00
aku mengambil nomor antrian pembuatan Visa, sementara pihak tempo masih
mengurus pembelian tiket pesawat dan hotel serta surat-surat lain yang
dibutuhkan.
Demi keefisienan waktu, tiket pesawat, hotel
dan lain sebagainya dikirim via whatsapp untuk kemudian aku print di lokasi.
Saranku sih jika kalian tidak dalam keadaan darurat sepertiku ini, lebih baik
print semua berkasnya terlebih dahulu sebelum ke Japan Visa Application Center
ini, karena biaya yang harus kalian keluarkan di sini lumayan mahal, hehehe…
Satu jam menunggu nomor antrian ku tak kunjung
dipanggil, aku masih bersabar. Jam-jam berikutnya pun berlalu begitu saja, hingga
sekitar 15 menit sebelum jam 5 sore (waktu tutupnya Japan Visa Application
Center) Pihak tempo mengkonfirmasi pada CS di sana, kenapa nomor antrianku tak
kunjung muncul dilayar pemanggil. Deg-degan lagi pastinya, karena kalau Visa
tidak diurus pada hari itu maka keberangkatanku ke Jepang pun terancam BATAL.
Ternyata ada gangguan system di Japan Visa
Application Center yang menyebabkan nomor antrianku tidak dipanggil-panggil. Bayangkan
aku menunggu hampir tiga jam tanpa kepastian di sana. Alhamdulillah, begitu mengajukan
complain, Visa ku pun langsung diproses hari itu juga.
Waktu pengurusan visa kurang lebih sekitar 5-6
hari kerja, oleh karena itu pihak tempo terpaksa membelikanku tiket pesawat
untuk tanggal 24 Oktober 2019 dengan estimasi pengambilan visa pada tanggal
22-23 Oktober 2019. Harus diakui waktunya memang terbilang mepet banget. O iya
estimasi ini berlaku jika dalam proses pengurusan Visa nya tidak mengalami
kendala apapun ya, jadi bisa dikatakan meski Visa pun telah diurus, aku masih
belum mendapat kepastian soal keberangkatanku ke Jepang.
Malam setelah drama pengurusan visa tersebut selesai,
aku benar-benar bisa tidur dengan nyenyak, dalam hati aku kembali pasrah
pada-Nya, semoga tidak ada hambatan apapun lagi. Sayangnya, Allah masih menguji
keteguhan hatiku, keesokan harinya aku mendapat telpon dari Kedutaan Jepang
terkait proses pembuatan Visa ku itu. Menurut mereka ada form yang belum aku
isi pada saat mengajukan Visa di Japan Visa Application Center, dan aku
diharuskan mengisinya kembali di Kedutaan Jepang.
Rasa khawatir kalau hal ini akan menghambat
proses Visa jelas menghantuiku, oleh
karena itu aku pun tegas menanyakan pada petugas di Kedutaan Jepang tersebut
soal kepastian waktu pengambilan Visa. Alhamdulillah menurut mereka tidak akan ada
pengunduran jadwal pengambilan, jadi tetap bisa diambil pada tanggal 22-23
Oktober 2019.
Pada tanggal 21 Oktober 2019 sore hari aku
mendapat email dari kedutaan jepang yang menyatakan kalau Visa ku sudah bisa
diambil di Japan Visa Application Center. Alhamdulillah, plong rasanya…
keesokan harinya aku ditemani Novitania langsung menuju Japan Visa Application
Center untuk mengambil Visa tersebut, lebih cepat lebih baik begitu pikir kami
waktu itu. Dan apa yang terjadi sodara-sodara…? Japan Visa Application
Centernya TUTUP karena di Jepang sana sedang ada penobatan kaisar. Ada-ada aja
kaaannn…?! Kami berdua Cuma bisa tertawa bersama melihatnya…
Drama Visa ini pun berakhir tepat di tanggal 23
Oktober 2019, atau satu hari sebelum tanggal keberangkatanku ke Jepang. Jadi
aku baru menerima kepastian keberangkatanku itu
persis di H-1, cukup wooow bagiku. Akhirnya drama behind the scene ini
selesai setelah hamper satu bulan terombang ambing tanpa kepastian,
Alhamdulillah tanggal 24 Oktober 2019 aku memulai petualanganku di Jepang,
Negeri yang dulu hanya ada dalam mimpiku.
Cerita soal keseruanku selama di Jepang insya
Allah juga akan aku tulis di blog ini, nantikan ya…
Aku menunggu cerita selanjutnya di Jepang yaaa cyiiinnn, thank you so much oleh2nya kece2 semua. ������
BalasHapusSiaapppp... Cerita di Jepang nya masih on process cinta, btw alhamdulillah kalau suka ama oleh-oleh nya, hehehe
HapusNatara ... ku pikir jadinya e-passport tapi ini paspor biasa? Eh atau gimana sih?
BalasHapusAlhamdulillah Ya Allah, jadi juga sampai ke Jepang :)
Keluargamu pasti bangga.
Iya kaka helena akhirnya paspor biasa soale blanko epaspor nya abis, hehehe
HapusFiuhhh yang baca aja berasa tegangnya mak, tapi alhamdulillah yaa kerja keras membawa hasil. Pengalaman yang luar biasa.. bravo!
BalasHapusGak apa apa . Yang penting ini pertama mudah mudahan Aja lanjut.
BalasHapusAnak gadis sering jalan jalan
�� nangis terharu aku bacanya mbak. MasyaALLAH tabarakallah mbaaaak ikut senang banget aku bacanya. Kuasa ALLAH emang gak ada yang bisa ditelaah dengan logika manusia. Semoga selanjutnya diberikan restuNya ya apapun itu yang dilakukan. InsyaALLAH berkah. Sehat selalu mbak Natara.
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak natara begitulah hidup, apa yang telah ditakdirkan-Nya untuk kita tak akan lepas dari genggaman kita InsyaAlloh.. Kadang yang mefet dan bikin deg2an itu bikin happy dan makin tambah syukur kita kepada-Nya :)
BalasHapusmasih rezeki berarti :). aku ikut bacanya deg deg an :D. ditunggu cerita jepangnya mba.. ini negara yg slalu bikin aku kepengen balik tiap tahun, saking cintanya :D
BalasHapusKeren ceritanya...setiap hasil yang kita dapat pasti ada usaha dibalik layar... semoga bisa ke Jepang lagi dan mengeskplore jepang lebih banyak... btw sekarang di Jepang menjelang musim dingin...salam kenal
BalasHapus