Salah satu kenangan terburuk yang terjadi di
tahun 2019 lalu adalah kebakaran lahan gambut yang tidak bisa terkontrol dengan
baik hingga menyebabkan kabut asap yang berbahaya. Aku sama sekali tidak bisa
membayangkan bagaimana kehidupan masyarakat di daerah terdampak kabut asap
tersebut. Menghirup asap dari hasil pembakaran sampah yang tidak begitu besar
saja sudah cukup untuk membuatku merasa sesak napas, bagaimana dengan mereka
semua yang kesehariannya harus hidup dalam kepungan asap…?
Ini jelas tidak bisa dibiarkan, harus ada
langkah nyata dalam mencegahnya agar tidak terulang kembali pada musim kemarau
nanti. Oleh karena itu, aku begitu antusias ketika mendapat undangan untuk
ngobrol bareng tempo dengan tajuk ‘tahun 2019 tahun terpanas kedua sepanjang
sejarah : Bagaimana antisipasi Indonesia di Lahan Gambut 2020?’. Diskusi ini
terbilang cukup penting bagiku dan kita semua, alih-alih menyalahkan kinerja
pemerintah, tentu akan lebih baik jika kita mengambil langkah nyata, sekecil
apapun langkah tersebut.
For your information, lahan gambut merupakan lahan
basah yang terbentuk dari timbunan materi organic yang berasal dari sisa-sisa
pohon, rerumputan, dan jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut terus
menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Di Indonesia
sendiri kedalaman lahan gambutnya bisa mencapai hingga 30 meter atau setara
dengan gedung bertingkat 7 lantai.
Lahan gambut Indonesia yang begitu besar, luas,
dan memiliki kedalaman fantastis ini tidak semestinya dijadikan kambing hitam
atas kabut asap yang berbahaya itu, karena jika dikelola dengan baik, lahan
gambut tersebut justru dapat bermanfaat bagi kita semua. Sifat lahan gambut
yang basah itu bisa dijadikan ‘tabungan’ penyimpanan air di musim kemarau,
begitu juga sebaliknya jika terjadi pengeringan pada lahan gambut maka potensi
kebakarannya pun akan meningkat dan sulit dikendalikan, karena sifat basahnya
berubah menjadi begitu kering layaknya kayu kering.
Ketika lahan gambut tersebut kering, api kecil
atau bahkan rokok saja bisa menimbulkan kebakaran hebat. Api tersebut bisa menyebar
hingga lapisan gambut dalam. Walaupun api di permukaan sudah ‘terlihat’ padam,
nyatanya di bagian dalam gambut tersebut, api nya masih terus menyala, bertahan
lama dan menyebar ke area lain serta menimbulkan kabut asap yang berbahaya bagi
kita semua.
Selama ini aku pikir, kebakaran lahan gambut
Indonesia yang hampir terjadi setiap tahunnya itu disebabkan oleh musim kemarau
saja, tapi dalam acara ngobrol tempo beberapa waktu lalu, Prof. Bambang Hero
Saharjo, guru besar kehutanan IPB sempat menyinggung, sedikit mustahil dua daun
kering bisa terbakar hanya karena pancaran sinar matahari, pasti ada sebab lain
yang memicu kebakaran tersebut. Jika diibaratkan, musim kemarau adalah ‘bensin’
yang tak akan terbakar jika tidak bersinggungan dengan api.
Lebih dari 99% penyebab kebakaran lahan gambut
adalah karena ulah manusia sendiri, bahkan Ibu Theti N. A seorang petani di
Kalimantan Tengah yang juga hadir dalam acara tersebut pun membenarkan kalau
masyarakat di daerahnya masih banyak yang percaya bahwa membakar lahan gambut
untuk membuka perkebunan adalah cara terbaik mereka. Alasannya karena dapat
membuat lahan tersebut jadi lebih subur dan meminimalisir pengeluaran biaya pembukaan
lahan.
Alhamdulillah pelan tapi pasti pemerintah mulai
memberikan edukasi pada masyarakat sekitar untuk beralih ke cara pembukaan
lahan gambut yang lebih aman tanpa melakukan pembakaran. Edukasi ini memang
tidak serta merta mengubah pandangan masyarakat yang bisa dibilang sudah
mendarah daging itu, tapi paling tidak saat ini sudah ada kelompok masyarakat
yang menyadari kalau pembakaran lahan gambut untuk membuka lahan perkebunan
dapat membahayakan kita semua, karena bisa menimbulkan kabut asap.
Tak hanya edukasi itu saja, dari hasil
rangkuman ku saat mengikuti jalannya acara ngobrol bareng tempo tersebut,
nantinya pemerintah akan memanfaatkan hujan buatan untuk pencegahan kebakaran
lahan gambut di musim kemarau nanti. Noted, pencegahan bukan penanggulangan. Kalau
sebelumnya, hujan buatan itu digunakan untuk memadamkan api dalam kebakaran
lahan gambut, nah di tahun 2020 ini, sebelum datangnya musim kemarau yang
menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar, pemerintah akan
melakukan hujan buatan untuk membasahi lahan gambut tersebut.
Nah, sekarang aku mau ajak kalian semua untuk
mengambil langkah nyata pencegahan kebakaran lahan gambut di musim kemarau
nanti. Di sini aku sama sekali tidak mengajak kalian bersusah payah turun
langsung ke lahan gambut, kalian cukup men-share tulisan ini saja di media social
yang dimiliki. Siapa tau di luar sana ada masyarakat yang jadi teredukasi
setelah membaca artikel yang kalian share ini. Sekecil apapun langkah nyata
kalian, akan berguna bagi masa depan Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar