Adakah yang tau apa impian terbesar bangsa
Indonesia yang sudah digaung-gaungkan sekian lama itu? Impian tersebut mungkin
juga merupakan impian para orangtua. Impian terbesar bangsa Indonesia saat ini
adalah menciptakan generasi emas untuk menuju Indonesia maju di 100 tahun usia
nya nanti, tepatnya pada tahun 2045. Kira-kira bisa nggak ya?!
Kalau melihat dari data yang ada, jumlah
penduduk Indonesia saat ini, memang lebih didominasi oleh anak-anak. Artinya di
tahun 2045 nanti, diperkirakan jumlah penduduk produktif yang saat ini masih
anak-anak itu akan lebih banyak dibanding kelompok usia lainnya. Ini jelas
kabar baik bagi Indonesia karena akan ada lebih banyak kelompok usia pembangun
bangsa, namun jika tidak hati-hati generasi tersebut justru bisa menjadi
boomerang bagi Indonesia loh.
Oke, tak perlu jauh-jauh memikirkan Indonesia
dalam lingkup luas seperti itu, tengok saja anak-anak yang ada di rumah.
Sebagai orang tua pasti ingin dong kelak anak-anak bisa menjadi generasi emas di
usia produktifnya? Kalau iya, maka pastikan kebutuhan nutrisi nya tetap terjaga
dengan baik ya, mulai dari anak-anak di rumah, otomatis kita pun ikut andil
dalam kemajuan bangsa kaannn.
Pemahaman tersebut aku dapatkan dari webinar
bertajuk ‘Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan
Dampaknya terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju’. Webinar yang dihelat oleh
Danone Spesialized Nutrition beberapa waktu yang lalu itu, cukup membuka mata
ku soal pentingnya asupan gizi dan zat besi bagi tumbuh kembang anak dan
Indonesia dalam lingkup luas nya.
Kekurangan zat besi pada anak, Masih jadi Pe-er Besar Indonesia
Ternyata, berdasarkan data riskesdas tahun
2018, satu dari tiga orang anak Indonesia
berusia dibawah 5 tahun tercatat mengalami anemia, dimana 50-60 % kejadian
anemia disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi. Nah ini lah yang masih jadi pe-er kita bersama, karena kalau
tak tertanangani dengan baik bisa menghambat tumbuh kembang generasi emas
Indonesia.
For your information, kekurangan zat besi
adalah kondisi dimana ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari
kebutuhan harian. Sebagai bagian dari hemoglobin, fungsi utama zat besi adalah
mengantarkan oksigen dari paru-paru untuk digunakan oleh bagian-bagian dalam
tubuh anak. Tanpa zat besi, organ-organ tubuh tidak bisa mendapat cukup
oksigen, sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak baik secara
kognitif, fisik, hingga sosial.
Nah usia di bawah lima tahun bisa dibilang
merupakan masa kritis terjadinya kekurangan zat besi. Hal tersebut tak lain
adalah karena kebutuhan zat besi dan tentunya zat gizi lain sedang meningkat
untuk mempercepat proses pertumbuhannya, dank arena biasanya mereka kurang menyukai
konsumsi hewani yang merupakan salah satu sumber zat besi.
Lalu apa sih dampak yang timbul jika seorang anak mengalami kekurangan zat besi?
Karena oksigen yang dibawa oleh zat besi dalam
darah tidak mencukupi untuk ‘kerja’ organ dalam anak, maka bisa dipastikan akan
mempengaruhi tumbuh kembang mereka baik secara fisik maupun psikis. Dalam
jangka pendek, biasanya akan ada penurunan kecerdasan , penurunan fungsi otak
dan fungsi motorik.
Tak hanya itu saja, dalam jangka panjang
kekurangan zat besi bisa menyebabkan menurunnya performa sosial di sekolahnya,
perubahan atensi dan sosial karena kurang tanggap dengan sekitarnya da nada nya
perubahan perilaku seperti kurang aktif, kurang atensi, kurang responsive,
tidak ceria dan mudah lelah. Baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka
panjang, taka da yang bisa kita abaikan begitu saja, semua butuh penanganan
terbaik.
Upaya pencegahan Kekurangan Zat Besi
Dalam paparannya, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam,
M.Gizi, SpGK sempat mengemukakan ada tiga upaya yang bisa dilakukan untuk
pencegahan kekurangan zat besi, diantaranya adalah sebagai berikut,
Melakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin,
Beri asupan makanan sumber zat besi seperti zat
besi hewani ( hati sapi/ayam, daging merah, kuning telur, daging unggas, ikan,
udang, tiram) dan zat besi non hewani ( kacang-kacangan, sayuran hijau,
biji-bijian),
Beri asupan makanan yang difortifikasi zat besi, atau nutrient lain yang bisa membantu penyerapan zat besi seperti protein, asam karbonat (vitamin C), Kuprum (Cu), Vitamin B6,B12, asam folat, dan Seng (Zn)..
Masalah kekurangan zat besi pada anak ini menyangkut ‘lingkungan’ tempat anak-anak tinggal.
Karena jika ada salah satu anak di sekitar yang mengalami kekurangan zat besi,
maka sedikit banyak akan berpengaruh juga pada anak lain. Ingat, kekurangan zat
besi juga akan mempengaruhi kondisi psikis nya. Jadi kita pun tak bisa menutup
mata untuk tidak peduli dengan keadaan anak lain di sekitar.
Pokoknya anak Indonesia harus bebas dari kekurangan zat besi. Ini pe-er yang harus kita selesaikan bersama. Mari mulai dari dapur dan anak-anak kita di rumah, Insya Allah kita pun turut andil dalam menciptakan generasi emas Indonesia 2045
O iya sebagai dukungan nyata terhadap masalah ini, Danone Spesialized Nutrition sudah menyediakan platform khusus untuk mempermudah kita semua melakukan tes risiko kekurangan zat besi pada si kecil, yaitu melalui fitur di www.generasimaju.co.id. Dalam fitur tersebut ada banyak banget artikel keren seputar kekurangan zat besi pada anak yang bisa diakses oleh para orang tua. Harapannya sih bisa memberi 'jalan' bagi orang tua untuk tau seluk beluk soal ini agar tak lagi gagap soal penanganannya. yuk kita maksimalkan bersama mom...
0 comments:
Posting Komentar