Sebelum masa pandemi, tiap tanggal 18 pagi,
selalu ada undangan ke posyandu yang diumumkan lewat pengeras suara masjid di
lingkungan rumahku. Belakangan ini aku baru sadar kalau undangan itu sudah tak
dikumandangkan lagi. Setelah Nada melewati masa balita nya, aku memang kurang
aware dengan keberadaan Posyandu dan baru menyadari ketiadaan undangan Posyandu
itu beberapa hari ini saja.
Tetap menjalankan Posyandu di masa Pandemi ini
memang menjadi dilema tersendiri bagi kita semua. Di satu sisi, tentu kita
tetap ingin tumbuh kembang bayi dan balita Indonesia dapat terkontrol dengan
baik. Namun di sisi lain, ancaman penyebaran virus covid-19 pun tak kalah
penting untuk mendapat perhatian.
Menyadari akan dilema ini, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI pun turun tangan langsung untuk mengedukasi masyarakat agar kelak masyarakat bisa lebih mandiri mengatasi masalah kesehatan di lingkungannya. Alhamdulillah, aku pun berkesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan edukasi yang dilakukan di Posyandu Anggrek II, Perumahan Tytyan Kencana itu.
Sama seperti banyak kegiatan lain, Posyandu pun
mengalami penurunan aktivitas yang cukup drastis di masa pandemi ini.
Berdasarkan data, hanya ada sekitar 19,2 % posyandu yang melakukan hari buka posyandu,
34,4 % tetap melakukan kegiatan tapi sasaran yang datang berkurang/tidak
optimal, dan yang paling miris adalah ada sekitar 45,9 % Posyandu yang tidak melakukan
kegiatan sama sekali.
Bayangkan, di masa pandemi yang membutuhkan
imun lebih bagus ini, justru banyak bayi dan balita Indonesia yang terpaksa
tidak mendapat layanan ‘penambah imun’ seperti Posyandu. Menghadapi virus
Covid-19 saja sudah cukup membuat kita kewalahan, ini masih harus ditambah
menjaga bayi dan balita yang tidak bisa divaksin wajib karena Posyandu yang
tidak melakukan kegiatan. Ini jelas bukan satu masalah yang bisa kita abaikan.
Nah mengingat pentingnya keberadaan Posyandu
bagi tumbuh kembang bayi dan balita Indonesia, mau tak mau kegiatan Posyandu
tetap harus dilakukan. Tentunya dengan melakukan modifikasi kegiatan dan
memperketat protokol kesehatan di masyarakat. Ini lah yang terus digaungkan
oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan
RI.
Modifikasi kegiatan Posyandu yang dilakukan bisa
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan di lingkungan masing-masing. Sebagai
contoh di Posyandu Anggrek II, Perumahan Tytyan Kencana yang kami kunjungi
tersebut, Kegiatan Posyandu nya dilakukan dengan sistem jemput bola. Jadi, para
kader lah yang datang berkunjung ke satu per satu rumah warga dengan bayi dan
balita di dalamnya.
Kunjungan tersebut sudah melalui kesepakatan
bersama terkait jam kunjungannya. Pada saat melakukan kunjungan pun, para kader
melakukan protokol kesehatan yang ketat, seperti memakai masker, menjaga jarak,
dan sering cuci tangan pastinya. Nah
modifikasi kegiatan seperti ini lah yang diharapkan dapat dicontoh oleh
masyarakat lain.
Modifikasi kegiatan seperti ini memang terkesan
‘merepotkan’ para kader, tapi percayalah ini untuk kebaikan kita bersama. Insya
Allah keikhlasan para kader dalam menjalankan tugasnya tersebut akan mendapat balasan
lebih dari-Nya. Hal paling utama yang jelas akan didapat adalah tetap terpantau
nya tumbuh kembang bayi dan balita, para penerus kita semua.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Imran Agus Nurali,
Sp.KO pun kembali mengingatkan untuk selalu memperketat protocol kesehatan
dimanapun dan kapanpun kita berada. Jangan lengah, begitu katanya. Kita tidak
pernah tau kapan virus itu hadir, jadi jangan lengah sedetik pun. Ingat selalu
untuk memakai masker, tetap jaga jarak dan hindari kerumunan serta sering cuci
tangan pakai sabun di air mengalir selama 20 detik.
Insya Allah Indonesia secepatnya bebas dari
masa pandemi jika kita semua disiplin. Yuk semangat untuk saling mengingatkan
dan menguatkan satu sama lain.
0 comments:
Posting Komentar