Rasanya ada kepuasan tersendiri tiap kali bisa
mencoba menu masakan baru di suatu tempat. Tak jarang untuk memuaskan rasa
penasaran, aku memesan berbagai menu sekaligus tanpa menghiraukan apakah
lambung ini kuat untuk menampungnya atau tidak. Mumpung sedang travelling ke
daerah itu, pokoknya aku harus mencicipi dulu semua kuliner khas nya, begitu
pikirku saat itu.
Pernah suatu ketika aku sampai memesan menu
yang memenuhi satu meja makan, padahal hanya berdua dengan sahabatku saja.
Alhasil bisa ditebak, ada banyak makanan sisa yang tidak sanggup kami habiskan.
Tindakan ku tersebut tak sepenuhnya salah, karena toh aku membayar semua menu
yang kupesan itu. Memang tetap ada sedikit rasa penyesalan yang terselip di
hati, namun tertutupi dengan rasa senang karena bisa mencoba menu khas daerah
tersebut.
Makanan sisa, Abaikan atau Selesaikan?
Selipan-selipan penyesalan tersebut terus
kuabaikan begitu saja sampai akhirnya aku mengalami pengalaman berharga yang
berhasil mengubah pemikiranku soal wisata kuliner. Tepatnya ketika aku ditunjuk
sebagai salah satu panitia yang bertugas mengawasi makanan di acara resepsi
pernikahan saudara. Miris rasanya melihat satu karung besar makanan sisa dari
piring kotor yang harus terbuang sia-sia begitu saja.
Kalau hanya dari piring makan yang kita gunakan
saja, makanan sisa memang akan terlihat sedikit. Namun ternyata jika banyak
yang melakukan hal serupa, tumpukan makanan sisa tersebut bisa menjadi masalah
yang serius. Seperti yang kualami saat menjadi panitia resepsi tersebut, aku
benar-benar tak menyangka kalau makanan sisa dari piring kotor para tamu bisa
sampai satu karung besar.
Meski miris, awalnya aku sempat tidak
mempermasalahkan hal ini karena toh limbah makanan tersebut sebenernya masuk
dalam limbah organic yang mudah terurai secara alami tanpa perlu campur tangan
manusia, tapi tetap saja, jika jumlah nya terlalu besar akan menjadi masalah.
Faktanya, berdasarkan kutipan yang aku dapat
dari World
Resources Institute, jika limbah makanan diibaratkan sebagai sebuah negara
maka negara itu akan menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga setelah
China dan AS. Wow, pernyataan ini benar-benar mengejutkanku. Aku tak menyangka
kalau kebiasaan burukku yang tak menghiraukan makanan sisa saat berwisata
kuliner bisa berdampak besar bagi perubahan iklim dunia.
Mengetahui hal tersebut, aku pun mulai mengubah
prinsipku saat akan berwisata kuliner. Hobi ini akan tetap kujalani, namun aku
bersumpah akan memesan makanan sesuai porsi dan menghabiskannya saat berwisata
kuliner. Tak hanya menghabiskan makanan saja, sebisa mungkin aku pun akan
memilih restoran atau rumah makan dengan lokasi yang bisa ditempuh dengan jalan
kaki serta membawa tempat makan sendiri saat akan take away makanan yang
kubeli.
Ini akan menjadi langkah sederhana yang
kulakukan sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi risiko
terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Untuk saat ini mungkin ya hanya
langkah sederhana ini saja, namun aku pun sudah menyiapkan hal lain yang insya
Allah akan kulakukan di masa depan, yaitu membuka usaha kuliner sendiri dengan
konsep ramah lingkungan. Supaya tidak lupa, aku tulis juga di sini yaa.
Konsep Usaha Kuliner Ramah Lingkungan ala Aku
Hobi berwisata kuliner, akhirnya membuatku
bercita-cita membuka usaha kuliner sendiri di kampong halaman. Bismillah,
semoga suatu saat nanti ada rejeki untuk membuka usaha kuliner ku sendiri
dengan konsep ramah lingkungan. Konsep usaha kuliner ramah lingkungan ala aku
ini sebenarnya tidak susah kok, hanya butuh beberapa penyesuaian saja,
diantaranya sebagai berikut,
Membuat ukuran porsi makan yang berbeda-beda
Jujur, aku agak kesulitan saat menyesuaikan
hobiku berkuliner ria dengan porsi yang ada di setiap restoran. Seperti
ceritaku di awal, ada kalanya aku memang hanya ingin mencicipi menu khas suatu
daerah saja. Artinya yang aku butuhkan hanya sedikit porsi dari setiap menu.
Sayangnya kebanyakan dari restoran yang ada hanya menyediakan full menu untuk
porsi standar.
Nah di konsep usaha kuliner ramah lingkungan
ala aku ini, aka nada beberapa porsi makanan untuk tiap menu nya. Porsi icip
untuk takaran menu yang paling sedikit, porsi normal, serta porsi besar. Dengan
adanya beberapa takaran porsi seperti ini, tentu akan memudahkan pelanggan yang
hanya ingin mencicipinya saja. Makanan sisa pun bisa diminimalisir deh.
Mengganti kemasan dengan kemasan ramah lingkungan
Sekarang sudah banyak yang memproduksi kemasan
ramah lingkungan, seperti kantong plastik yang terbuat dari singkong, misalnya.
Beberapa memang masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi siapa tau
nanti saat aku membuka usaha kuliner, kemasan ramah lingkungan seperti ini akan
jauh lebih murah.
Diskon khusus untuk pelanggan yang membawa tempat makan sendiri
Ide ini sebenarnya aku adaptasi dari salah satu
gerai kopi kekinian langgananku. Menurutku, memberi diskon khusus untuk
pelanggan yang membawa tempat makannya sendiri saat take away adalah hal yang
cerdas. Nantinya jika sudah terbiasa maka, pelanggan akan dengan senang hati
melakukannya.
Memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan
Meski sudah menerapkan sistem porsi, bukan
tidak mungkin tetap akan ada limbah makanan dari usaha kuliner yang dijalankan.
Jadi sebisa mungkin manfaatkan kembali limbah yang dihasilkan baik itu dari
makanan sisa pengunjung atau dari proses memasaknya. Contohnya saja, limbah
minyak goreng yang jika dikumpulkan bisa menjadi bahan baku biodiesel.
Memperbanyak bukaan atau jendela
Selain terlihat lebih instagramable,
memperbanyak bukaan atau jendela bisa menghemat listrik. Dengan begitu usaha
kuliner yang dibangun pun bisa turut andil dalam mitigasi perubahan iklim.
Sebenarnya tak ada yang sulit jika kita niat
melakukannya, mau langkah sederhana seperti menghabiskan makanan saat berwisata
kuliner atau mau memulai langkah yang sedikit besar seperti membuka usaha
kuliner ramah lingkungan, insya Allah #UntukmuBumiku semuanya bisa kita lakukan. Tak perlu
berkecil hati dengan langkah sederhana yang kita lakukan, karena sekecil apapun
langkah yang kita ambil tetap akan ada pengaruh nya pada perubahan. Its #TimeforActionIndonesia. Yuk lah #MudaMudiBumi kita buat perubahan dengan langkah sederhana ala masing-masing.
Iya, miris banget kalau kondangan pada kalap takut nggak kebagian tapi akhirnya bersisa makanannya huhuhu..
BalasHapus