Nyatanya, kisah cinta segitiga tak selama nya membosankan
untuk diikuti. Makna inilah yang kudapatkan saat berkesempatan menonton film
Merindu Cahaya de Amstel pada acara pers conferencenya beberapa waktu lalu.
Percaya lah, mengemas ‘hal biasa’ menjadi luar biasa ini tak mudah, butuh skill
menulis tingkat dewa yang harus dimiliki, dan Kak Arumi E, penulis novel
Merindu Cahaya de Amstel, ini pun berhasil membuktikannya.
Jujur, aku belum membaca novel asli dari
Merindu Cahaya de Amstel yang merupakan karya kedua dari kak Arumi E ini,
bahkan membaca sinopsis yang biasanya betebaran di laman media sosial pun
sengaja tak kulakukan. Alasannya tak lain adalah karena aku memang ingin
benar-benar menikmati alur cerita nya tanpa spoiler sedikit pun saat pertama
kali menonton film itu di acara tersebut.
Merindu Cahaya de Amstel, Kisah Cinta Segitiga Penuh Inspirasi
Singkatnya, Merindu Cahaya de Amstel ini
menyajikan Kisah cinta segitiga antara Khadijah yang diperankan oleh Amanda
Rawles, Nico (Bryan Domani), dan Kamala ( Rachel Amanda). Nah yang membuatnya
jadi luar biasa untuk diikuti adalah karena tambahan premis penuh makna berupa perjalanan
spiritual warga asli Belanda yang akhirnya menginspirasi muslim Indonesia untuk
jadi lebih baik.
Latar yang
dipilih sebagai lokasi film ini pun tak main-main, benar-benar di Amsterdam,
Belanda, sesuai dengan latar dari kisah dalam novel nya. Sepanjang penayangan
film Merindu Cahaya de Amstel ini penonton seolah diajak jalan-jalan secara
virtual ke negeri kincir angin tersebut.
Tak hanya latar kisahnya saja yang akan
memanjakan penonton, tapi ada banyak insight baru dari quote-quote yang
disampaikan oleh para pemainnya. Sedikit cerita, proses reading dari film yang
disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu ini dilakukan sampai 2 bulan loh. Hal ini
karena para pemain dan kru benar-benar berhati-hati dalam pemilihan kata dan
penuturannya, agar apa yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik tanpa
terkesan menggurui.
Gini, bicara soal religi ini kan berkaitan erat
dengan keyakinan seseorang. Tentu tak mudah untuk bisa menyampaikannya secara
halus dan mengena. Sebagian besar orang tak suka kalau dinasehati secara
langsung bukan?! Nah film Merindu Cahaya de Amstel ini ingin memberikan
inspirasi secara halus pada para penontonnya.
Sebagai contoh, dalam satu adegan ada
pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang tokohnya, ‘kenapa seorang wanita
muslim harus berhijab?’ kurang lebih begitu pertanyaannya. Aku terkesan dengan
jawaban yang diberikan. Ustadzah Oki tak lantas memberikan dalil-dalil dalam
bahasa arab tapi justru mengumpamakan dengan dua buah permen, yang satu sudah
dibuka dan yang satu masih tertutup.
Ia menggenggam kedua permen tersebut dengan
kedua tangannya, lalu memberikan pilihan pada si penanya. Manakah yang lebih
baik untuk dipilih? Jawaban dari pertanyaan tersebut, secara tak sadar sudah
menjawab pertanyaan soal hijab tadi. Sungguh jawaban yang cerdas.
Selain pertanyaan soal hijab, ada banyak quotes
lain yang insya Allah akan menginspirasi penonton. Jangan kan penontonnya, para
pemainnya pun mengaku mendapat pengalaman spiritual yang berbeda selama dan
setelah proses syuting film ini. Semua jadi tersentil untuk lebih baik lagi.
O iya, meski film ini masuk kategori drama
religi, ada tambahan humor dari Ridwan Remin yang berperan sebagai Joko, teman
Nico yang membuat penonton terhibur. Kehadiran
Joko ini membuat suasana jadi makin lengkap, romansa nya dapet, religi nya ada,
plus kocak nya pun ada.
Film ini sebenarnya sudah selesai syuting dua tahun
yang lalu, namun sayang, karena pandemi film Meirndu Cahaya de Amstel ini pun
baru bisa ditayangkan pada Januari 2022. Tepatnya, serentak tayang di seluruh bioskop
yang ada di Indonesia pada tanggal 20 Januari 2022. Jadi, jangan lupa luangkan
waktu dan ajak orang terdekatmu yaa.
Mengajak orang lebih baik agar yang diajak tidak merasa di gurui tapi dibimbing.
BalasHapusFilm islami di max streming Asik bisa nonton film islami tidak hanya pas ramadan