Jauh sebelum tulisan ini dibuat,
tepatnya Ketika pertama kali aku mengetahui jenis kelamin anak kedua ku adalah
laki-laki, sudah terbayang bagaimana ramainya suasana rumah di masa depan. Saat
itu aku jelas membayangkan keseruan melihat pertengkaran-pertengkaran kecil
yang mungkin akan terjadi di antara kedua anak lelakiku itu. Sayangnya, meski
sudah membayangkan semua, entah kenapa aku malah merasa kewalahan begitu
mengalaminya secara langsung. Ada yang sama kah?
Sibling Rivalry, begitu istilah
psikologi yang mungkin cocok untuk menggambarkan kondisi ini. For your information,
Sibling Rivalry yang merupakan persaingan di antara saudara kandung ini memang
lumrah atau biasa terjadi. Meski demikian bukan berarti bisa dibiarkan begitu
saja, tetap harus ada yang dilakukan agar persaingannya tidak sampai
menjadi-jadi.
Sedikit cerita, saat ini si
sulung sudah menginjak usia 13 tahun dan anak keduaku berusia 10 tahun. Ya,
hanya berjarak 3 tahun saja. Awalnya, aku pikir rentang usia 3 tahun tersebut
sudah cukup untuk mereka berdua, namun ternyata pemikiran tersebut tidak sepenuhnya
tepat. Entah karena usia sang kakak yang belum cukup matang untuk mengayomi
adiknya atau karena hal lainnya, yang jelas persaingan di antara mereka begitu
ketat.
Berbeda dengan kasus sibling
rivalry yang biasa ada, dalam kasusku bukan si sulung yang iri dengan sang adik,
justru sebaliknya, anak keduaku lah yang terus merasa minder atas pencapaian
yang sudah diraih abangnya. Salah satu contoh nya adalah soal tinggi badan. Usia
sang abang yang mulai masuk masa pubertas memang membuat tinggi badannya naik
secara drastis, Alhamdulillah aku jelas mensyukuri hal ini. Namun sayangnya
kabar baik ini justru membuat sang adik jadi minder atau tidak percaya diri.
Tak hanya itu saja, saat sang
abang berhasil meraih gelar Kiper Terbaik dalam suatu gelaran liga di Kota
Bekasi pun justru membuat sang adik semakin minder. Ini jelas pe-er terbesarku
sebagai orang tua mereka. Aku tidak ingin prestasi dan pencapaian yang sudah
susah payah diraih abang nya malah menjadi boomerang bagi sang adik.
Sebagai ibu, aku tau betul sang
adik bukan tidak mampu memiliki prestasi seperti abangnya, hanya terganjal oleh
rasa minder dan tidak percaya diri. Padahal setiap anak jelas memiliki potensi
tak terbatas melebihi apa yang terlihat. Aku percaya, setiap anak itu unik dan
punya kekuatan sejati dalam diri mereka masing-masing. Nah Untuk membangkitkan
rasa percaya diri sang adik, aku pun mendaftarkan anak kedua ku mengikuti
program Biskuat Academy yang kembali diadakan di tahun ini.
Biskuat Academy, Wadah meningkatkan rasa percaya diri anak
Melalui program Biskuat Academy
ini, aku berharap anak keduaku dapat mengembangkan kekuatan dari dalam dan mencapai
mimpinya serta lebih percaya diri lagi. For your information, di Biskuat
Academy ada banyak kegiatan seru yang bisa diikuti, mulai dari peningkatan
ketrampilan sepakbola dari pelatih berlisensi UEFA A, hingga bertemu pemain professional
dari tim nasional Sepak Bola Indonesia.
Tak hanya itu saja, para peserta Biskuat Academy nantinya juga berkesempatan untuk memenangkan tur ke stadion di Eropa dan ratusan hadiah lainnya. Ini jelas bisa menjadi wadah untuk anak keduaku mengembangkan rasa percaya diri nya Kembali. Aku yakin itu.
Tak mau menunggu terlalu lama,
aku pun langsung mendaftarkan nya ke Biskuat Academy. Alhamdulillah cara daftar
nya pun tidak sulit, hanya perlu mengirimkan kode unik yang ada di belakang kemasan
Biskuat edisi khusus ke whatsapp Biskuat Academy di 0812-1222-5919. Saat
melakukan chat pertama kali ke nomor whatsapp tersebut, akan ada chatbot yang memberi
petunjuk pendaftaran, selanjutnya kita hanya tinggal mengikuti nya saja. Proses
pendaftaran ini akan melalui verifikasi selama 3 hari kerja jad ditunggu saja.
Berbekal info yang aku dapat dari
laman Instagram Biskuat, nantinya semua peserta yang terverifikasi itu akan
mengikuti sekolah bola online Bersama bintang garuda. Selanjutnya akan ada challenge
mengupload Teknik bola yang sudah diajarkan di sekolah bola online itu ke Instagram.
Pemenang challenge nya dapat mengikuti grandfinal dan berkesempatan memenangkan
tur ke stadion bola di eropa. Wow, asyik banget ngga sih?!
Bismillah, semoga Biskuat Academy
bisa jadi jalan agar anak kedua ku tidak lagi merasa minder atas pencapaian
yang sudah diraih abangnya. Siapa tau ia pun bisa berprestasi di Biskuat
Academy seperti abangnya yang berprestasi di liga futsal sekolah nya. Aamiin…
Aamiin… aamiin… By the way rasa optimis ini tuh aku dapatkan setelah melihat video keren dari Biskuat juga loh. Biar lebih banyak yang terinspirasi juga, video nya aku taruh di bawah ini yaa.
"Artikel ini diikutsertakan pada lomba KEB X Biskuat Academy"
0 comments:
Posting Komentar