Ada banyak cerita, pengalaman dan pelajaran berharga yang aku dapatkan saat berkunjung ke Desa Sade, Lombok, beberapa waktu lalu. Buat yang belum tau, Desa Sade ini adalah desa adat yang sampai sekarang masih ditinggali oleh suku sasak, suku asli dari Lombok. Desa Sade merupakan salah satu dari banyaknya Desa Adat di Indonesia. Meski hanya beberapa jam saja mengelilingi desa sade, aku tetap mendapat banyak insight baru dari masyarakat yang tinggal di sana.
Yup, buatku semua yang ada di Desa Sade adalah hal baru, mulai dari bagaimana mereka tetap bertahan melestarikan budaya nya, tata cara pernikahan yang menurutku agak unik, hingga bagaimana kearifan lokal nya tanpa sadar ikut andil dalam menjaga bumi kita tercinta ini. Hal-hal baru tersebut mungkin tidak akan aku temui di kota besar seperti Jakarta atau Bekasi, tempat tinggalku sekarang.
Sayangnya, ketika aku membagikan beberapa keunikan masyarakat Desa Sade di akun tiktok yang kumiliki, ada saja komentar negatif dari netizen. Kata-kata seperti "ketinggalan jaman banget sih" atau "ini udah 2023 loh, kok masih ada yang begitu sih" masih saja muncul di postingan itu. Jujur, aku sedih saat membaca komentar-komentar negatif tersebut hingga membuatku langsung menghapus komentar itu.
Bukan apa-apa, video tentang keunikan Desa Sade ini sudah ditonton oleh 2,6 juta orang dan hingga saat ini views-nya pun masih terus bertambah, jadi aku jelas tidak mau komentar-komentar negatif seperti itu mempengaruhi banyak orang di luar sana. Alhasil aku memilih untuk melanggar prinsip dengan menghapus komentar negatif di postingan tersebut.
Alih-alih memberi komentar negatif, faktanya, kita, masyarakat yang tinggal di kota besar justru seharusnya berterima kasih pada masyarakat adat, seperti masyarakat Desa Sade ini. Tanpa sadar ada banyak 'hutang budi' kita pada mereka loh. Penasaran kenapa demikian? baca sampai selesai yaa.
Hutang budi kita pada masyarakat adat
Jujur, aku sendiri baru menyadari tentang hutang budi pada masyarakat adat ini ketika mengikuti acara webinar bersama komunitas kesayangan ku, Eco Blogger Squad beberapa waktu lalu. Kak Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang didaulat sebagai narasumber dalam webinar tersebut benar-benar mengupas habis-habisan tentang masyarakat adat yang jarang diketahui oleh masyarakat luas.
Satu hal yang menarik perhatianku dari pemaparan kak Rukka adalah tentang pengertian masyarakat adat yang banyak disalah-pahami oleh masyarakat luas. Masyarakat adat bukan masyarakat yang tidak mau maju atau ketinggalan jaman, lebih tepat kalau dikatakan masyarakat adat adalah masyarakat yang mampu bertahan melestarikan budaya dan menjaga bumi kita di tengah pesatnya perkembangan jaman ini.
Serius ini jelas bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan bisa dibilang sebagai hal berat loh. Coba saja dibalik, kira-kira kamu yang tinggal di perkotaan ini sanggup nggak seperti mereka yang keukeuh mempertahankan tradisinya itu? susah bukan?! Artinya, apa yang mereka lakukan saat ini adalah sebuah perjuangan yang patut mendapat apresiasi, bukan komentar negatif.
Hutang budi terbesar kita pada masyarakat adat tak lain adalah soal bagaimana kearifan lokal nya yang berperan dalam menjaga bumi ini. Bisa jadi, udara yang kita hirup dengan bebas saat ini adalah 'sumbangan' dari alam yang mereka jaga di sana. Kalau sudah menyadari akan hal ini, lalu kira-kira apa aja nih yang bisa kita lakukan untuk mereka?
Menurutku hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengapresiasi mereka dengan tidak memberi komentar atau stigma negatif pada mereka. Ingat, kita justru berhutang budi pada masyarakat adat. Selanjutnya ada beberapa hal yang juga bisa kita lakukan loh, diantaranya adalah mendukung disahkannya RUU Masyarakat adat hingga berdonasi untuk masyarakat adat melalui Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN).
Pentingnya RUU Masyarakat Adat disahkan.
Jujur, sebagai masyarakat awam yang baru sekali berkunjung ke desa adat, aku kurang memahami tantangan yang dialami oleh masyarakat adat di Indonesia. Alhamdulillahnya dalam webinar itu, Kak Rukka memaparkan semua nya dengan begitu ringan, jadi aku lebih mudah memahami dan mencerna nya. Big Thanks deh buat Kak Rukka.
Awalnya aku pikir, kearifan lokal masyarakat adat dalam menjaga tradisi ini akan sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah. Namun nyatanya, ada saja komunitas adat yang harus menghadapi berbagai masalah dalam mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari negara. Bahkan tak jarang masalah tersebut pun berakhir pada tindakan kriminalisasi, kekerasan, intimidasi dan upaya lain yang mendegradasi keberadaan masyarakat adat.
Tak sampai di situ saja, pada beberapa kasus, pemerintah justru lebih berpihak pada pembangunan infrastruktur dan investasi seluas-luasnya. Inilah yang akhirnya membuat RUU Masyarakat Adat menjadi suatu hal yang penting untuk segera disahkan. Harapannya setelah disahkan, RUU Masyarakat adat ini dapat menjamin komunitas masyarakat adat yang tersebar di nusantara dakam mempertahankan tradisi dan budayanya.
Kita yang tinggal di perkotaan memang tidak merasakan langsung dampak dari disahkannya RUU tersebut, namun percaya deh dukungan yang kita beri ini juga akan berdampak positif pada bumi tercinta. Yuk dukung disahkannya RUU Masyarakat Adat ini!
Tapi bener juga ya dengan begitu maka alam akan tetap terjaga
BalasHapus