24/09/24

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) didukung oleh Nutricia Sarihusada Menyelenggarakan Malnutrition Awareness Week

 



Kalau belum melihat sendiri kasus stunting yang dialami oleh tetangga di rumah lama kami, mungkin sampai sekarang aku belum paham betul apa itu stunting dan dampaknya bagi kehidupan keluarga. Aku sama seperti ibu-ibu lain yang menganggap Stunting itu hanya masalah perbedaan tinggi badan anak saja, dan nggak terlalu mengkhawatirkan karena menganggap itu bukan hal besar. Beda tinggi beberapa cm aja ya kenapa harus dipermasalahkan, kurang lebih begitu pikirku.


Nyatanya, yang terjadi pada tetanggaku itu lebih dari cukup untuk mengubah pola pikirku tentang Stunting. Sedikit cerita, anakku dan anak tetanggaku itu hanya berbeda usia 4 bulan saja. Ketika bayi hingga menginjak usia batita, tidak terlihat hal yang aneh pada pertumbuhannya, sehingga orang-orang di sekitarnya pun tidak menyangka ‘stunting’ akan menjadi gelar seumur hidup yang ia sandang. 




Ciri-ciri stunting itu baru terlihat semakin jelas ketika ia telah berusia 2 tahun ke atas. Saat Nada, anak ketiga ku, dan teman-teman lain seusia nya mulai tumbuh tinggi, Ia masih terlihat mungil. Tepat saat menginjak usia 3 tahun, vonis stunting pun mulai keluar dari dokter dan ini jelas membuat keluarga serta orang di sekitarnya shock.


Pasalnya, Stunting bukan hanya masalah beda tinggi beberapa cm saja, tapi lebih dari itu. Kalau kalian pernah melihat ada orang dewasa yang masih terlihat memiliki tinggi badan seperti anak-anak, itulah ciri utama stunting. Sekarang pun ketika Nada sudah berusia 9 tahun, temannya tadi masih terlihat seperti anak usia 5 tahun. Nggak kebayang bagaimana perasaan orang tua nya, mungkin kata ‘sedih’ sudah tidak cukup lagi untuk menggambarkannya. 





Faktanya, stunting  masih jadi salah satu dari masalah malnutrisi yang masih jadi perhatian pemerintah Indonesia karena angkanya terbilang cukup tinggi. Laporan SKI menyatakan bahwa stunting tahun 2023 sebesar 21,5%, hanya turun 0,1% dari sebelumnya, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang tertinggi di Asia Tenggara. Ini jelas masalah serius yang tidak boleh kita pandang sebelah mata. Kalau 1 anak seperti yang terjadi pada kasus tetanggaku tadi saja sudah cukup membuat kita sedih, apalagi jika sampai terjadi pada lebih banyak lagi kan. 


Oleh karena itu, ketika ada gerakan atau kegiatan yang bisa ikut andil memerangi masalah malnutrisi seperti Stunting, aku jelas bersemangat bukan main. Contohnya seperti beberapa waktu lalu, aku berkesempatan untuk ikut hadir dalam workshop bertajuk ‘Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini’. Workshop yang dihelat di Paloma Resto, Jakarta, itu adalah salah satu dari rangkaian acara kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) dan didukung oleh Nutricia Sarihusada 



For your information, Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/ INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan. Kali ini Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/ INA) menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW). Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) diselenggarakan pada tanggal 16-20 September. Kegiatan ini telah diselenggarakan oleh American Society for Parental and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.


Dengan mengusung tema “Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini”, Pekan Sadar Malnutrisi didukung oleh Nutricia Sarihusada serta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia guna memberikan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi di Indonesia melalui asupan gizi seimbang sedari dini untuk mewujudkan Indonesia sehat.    


Yup, malnutrisi masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama pada ibu hamil dan anak-anak. Meski jika sudah divonis stunting tidak bisa lagi disembuhkan, stunting tetap bisa dicegah kok. Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk mencegah stunting pada 1000 hari pertama kehidupan si kecil. Sayangnya, di Indonesia masih banyak ibu yang belum memahami betapa pentingnya arti 1000 hari pertama kehidupan si kecil.





Oleh karena itu, dr Ray pun sempat memaparkan untuk menghadapi masalah ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Nutricia Sarihusada sebagai perusahaan yang fokus pada nutrisi berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset, dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. 


Mulai dari yang kita bisa saja, contohnya sebagai ibu, usahakan untuk terus memperhatikan asupan gizi seluruh anggota keluarga di rumah. Tetap semangat ya, Insya Allah kita bisa mewujudkan Indonesia Sehat bebas Malnutrisi.  




0 comments:

Posting Komentar